Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebocoran Data KPU, Kian Bahaya Bila Dilengkapi Data Marketplace

Apabila kebocoran data KPU dikombinasikan dengan data Tokopedia dan Bukalapak yang lebih dulu terekspos, maka data yang dihasilkan akan cukup berbahaya
Ilustrasi - Warga mengikuti pemungutan suara ulang pemilihan umum (pemilu) 2019 di TPS-6 Desa Lamteumen Timur, Banda Aceh, Aceh, Kamis (25/4/2019)./ANTARA-Irwansyah Putra
Ilustrasi - Warga mengikuti pemungutan suara ulang pemilihan umum (pemilu) 2019 di TPS-6 Desa Lamteumen Timur, Banda Aceh, Aceh, Kamis (25/4/2019)./ANTARA-Irwansyah Putra

Bisnis.com, JAKARTA – Chairman Communication & Informatian System Security Research Center Pratama Persadha mengatakan, kebocoran data Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Komisi Pemilihan Umum (KPU) amat berbahaya bila tersebar dan digunakan oknum tidak bertanggung jawab.

Pasalnya, pada data tersebut tercantum nomor KTP dan KK dan tidak dienkripsi sama sekali. Apabila pelaku mahir dalam melengkapi data, nomor KTP dan KK dapat digunakan untuk mendaftarkan nomor seluler atau melakukan pinjaman online.

Menurutnya, apabila kebocoran data KPU dikombinasikan dengan data Tokopedia dan Bukalapak yang lebih dulu terekspos, maka data yang dihasilkan akan cukup berbahaya. Pasalnya, data-data tersebut akan saling melengkapi dan dapat dimanfaatkan untuk kejahatan.

“Misalnya mengkombinasikan data telepon dari marketplace dengan data KTP dan KK, jelas ini sangat berbahaya,” katanya pada Jumat (22/5/2020).

Pratama menilai, peristiwa ini harus menjadi peringatan bagi otoritas terkait agar dapat mengamankan data kependudukan. Dia meminta pemerintah memikirkan pengamanan enkripsi pada data penduduk untuk meningkatkan keamanan data guna mencegah pembobolan kembali terjadi di masa depan.

Sebelumnya, database daftar pemilih di KPU dibobol hacker, yang berjanji membagi-bagikan data 200 juta pemilih yang terdata KPU. Informasi itu disampaikan oleh lembaga monitor pelanggaran data Underthebreach.com melalui akun twitternya @underthebreach, Kamis malam (21/5/2020).

Dalam postingan emailnya, @underthebreach menyatakan bahwa pembobol pada mulanya berhasil menjebol database sekitar 2,3 juta pemilih, bahkan datanya terlacak mundur ke belakang hingga tahun 2013.

"Pembobol bahkan mengklaim akan membocorkan rahasia 200 juta data penduduk," tulis @underthebreach.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper