Bisnis.com, JAKARTA - Korea Selatan menyerukan pendekatan alternatif kepada para pembuat kebijakan global untuk menghadapi dampak ekonomi dari wabah virus Corona.
Bank of Korea (BOK) menekankan perlunya menahan pemangkasan suku bunga untuk menyokong ekonomi negara yang bergantung pada rantai pasokan teknologi global itu.
Gubernur Bank of Korea Lee Ju-yeol mengatakan respons yang tepat saat ini bukanlah pemangkasan suku bunga secara luas, tetapi dukungan yang difokuskan untuk perusahaan-perusahaan yang paling terpengaruh wabah Corona.
Hal itu diungkapkan bahkan setelah bank sentral menurunkan perkiraan pertumbuhan dan mengakui bahwa epidemi dapat mendorong penurunan pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini.
Bank of Korea memutuskan tidak memangkas suku bunga acuannya meski di tengah pukulan dampak virus Corona yang mematikan. Mayoritas ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi bank merespons dengan menurunkan tingkat suku bunga ke rekor terendah baru, mengulangi langkah serupa yang diambil BOK setelah wabah virus pada 2015.
Respons terukur BOK diputuskan setelah Federal Reserve, Bank Sentral Eropa, dan bank sentral utama lainnya mewaspadai risiko terhadap pertumbuhan global jika epidemi virus terus meningkat. Sementara beberapa bank Asia telah memilih untuk memangkas suku bunga, meskipun masih ada sedikit konsensus tentang cara terbaik merespons setelah pertemuan kepala keuangan dan moneter G-20 pada akhir pekan ini.
Baca Juga
"Krisis keamanan kesehatan adalah penyebab kesulitan ekonomi saat ini. Dalam situasi seperti itu, dukungan mikro untuk wiraswasta dan perusahaan yang bermasalah lebih efektif daripada penurunan suku bunga," kata Lee, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (27/2/2020).
Secara khusus, BOK mengumumkan peningkatan batasan untuk pinjaman murah bagi perusahaan-perusahaan yang terkena dampak wabah virus. Di Korea Selatan wabah ini telah mencapai 1.500 kasus dan membuat kantong-kantong negara terisolasi.
Bank sentral memprediksi ekonomi akan tumbuh 2,1 persen tahun ini, turun dari proyeksi 2,3 persen pada November tahun lalu. Penurunan target mencerminkan ketidakpastian atas dampak virus Corona.
Baik ekspor maupun impor ke China turun dalam 20 hari pertama Februari, menandakan bahwa virus tersebut mengganggu rantai pasokan antara Korea Selatan dan mitra dagang terbesarnya.
Sementara itu, Lee masih membuka pintu bagi kemungkinan penurunan suku bunga sebagai respons terhadap virus. Keputusan ini menggambarkan keengganan BOK untuk menggunakan ruang kebijakan yang tersisa ketika biaya rekor suku bunga rendah menumpuk.
"Memotong suku bunga menjadi nol dan mencetak uang elektronik dalam respons moneter klasik terhadap pelambatan global kali ini tidak akan efektif, karena virus Corona menginfeksi roda penggerak yang membentuk rantai pasokan dan konsumsi konsumen," ujar Jeffrey Halley, analis pasar senior untuk Oanda Asia Pacific Pte.
Gubernur Lee mengatakan utang rumah tangga yang tinggi dan kesulitan untuk menstabilkan harga rumah adalah salah satu faktor di balik keputusan bertahan pada tingkat suku bunga. Dia menambahkan bahwa dewan gubernur mengasumsikan penyebaran virus Corona akan memuncak pada Maret 2020.
Ekonom yang memproyeksikan kenaikan suku bunga merujuk pada kekhawatiran tentang pasar properti yang terlalu bergejolak dan utang rumah tangga yang tinggi, di samping melemahnya mata uang.
"BOK dapat memangkas suku bunga setelah pemerintah mengeluarkan anggaran tambahan pada Maret dan menciptakan kesan bahwa keduanya bekerja sama. Untuk saat ini, memberikan dukungan untuk usaha kecil sambil mempertahankan tingkat penangguhan adalah pilihan optimal untuk BOK," kata ekonom Meritz Securities Co, Stephen Lee.