Bisnis.com, JAKARTA - Dua tentara Turki tewas dan lima lainnya luka-luka dalam serangan udara oleh tentara Pemerintah Suriah kemarin di dekat wilayah barat laut Idlib.
Sedangkan lebih dari 50 anggota pasukan Suriah tewas sebagai pembalasan, menurut kementerian pertahanan Turki.
Serangan itu terjadi sehari setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan memperingatkan serangan militer Turki yang akan segera dilakukan di Idlib. Idlib merupakan tempat pasukan Suriah, yang didukung oleh kekuatan udara Rusia, melakukan operasi untuk menguasai wilayah tersebut.
Direktur Komunikasi Turki, Fahrettin Altun mengatakan ahwa tentara, yang berada di Idlib untuk "membangun perdamaian dan mengelola operasi bantuan kemanusiaan", terbunuh oleh serangan yang dilakukan oleh rezim Suriah seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat (21/2/2020).
Pada awal Februari, sebanak 13 tentara Turki tewas dalam serangan di Suriah sehingga mendorong Erdogan untuk mengatakan Turki akan menyerang pasukan Suriah "di mana saja" di Suriah jika seorang tentara lainnya terluka.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian pertahanan Turki mengatakan sebanyak lima tank, dua pengangkut personel lapis baja, dua truk lapis baja dan satu howitzer juga dihancurkan sebagai pembalasan.
Baca Juga
Pengamat perang Suriah untuk Observasi Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris menyatakan setidaknya 11 pejuang pro-pemerintah dan 14 di pihak pro-Turki tewas bersama dengan dua pasukan Turki.
Rusia, sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, menuduh Turki pada hari Kamis (20/2/2020) memberikan dukungan artileri kepada pemberontak yang memerangi pasukan pemerintah Suriah.
Para pejuang juga menerobos pertahanan pemerintah Suriah secara cepat di Idlib, menurut kata kantor berita Rusia. Sementara, Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen meminta Moskow dan Ankara untuk mengurangi ketegangan di Provinsi Idlib.
Pernyataan ini datang setelah Presiden Turki, Tayyip Erdogan mengancam akan melakukan operasi besaran-besaran di Idlib.
"Turki dan Rusia, sebagai sponsor pengaturan de-eskalasi Idlib, dapat dan harus memainkan peran kunci dalam menemukan cara untuk mengurangi eskalasi situasi sekarang," kata Pedersen saat berbicara di Dewan Keamanan (DK) PBB seperti dikutip oleh PressTV kemarin.
"Saya tidak dapat melaporkan kemajuan apa pun dalam mengakhiri kekerasan saat ini di barat laut atau dalam menemukan kembali proses politik," katanya.