Bisnis.com, JAKARTA – Hong Kong diperkirakan akan menghadapi aksi demonstrasi sepanjang pekan liburan Natal. Para pengunjuk rasa telah merencanakan pergerakan di distrik-distrik seluruh kota bekas koloni Inggris ini, termasuk pusat-pusat perbelanjaan.
Aksi protes nanti memperpanjang unjuk rasa pada akhir pekan kemarin yang berujung dengan kerusuhan oleh para demonstran berpakaian hitam dan bertopeng. Mereka menendang, memukuli, serta melemparkan batu bata dan gelas ke arah petugas kepolisian.
Aksi mereka dibalas polisi dengan semburan semprotan merica. Satu petugas kemudian mengeluarkan pistol ke arah kerumunan meskipun tidak menembakkannya, menurut saksi mata Reuters dan Cable Television.
Protes yang direncanakan sepanjang pekan Natal di antaranya adalah demonstrasi di lima mal pada malam Natal. Aksi unjuk rasa juga direncanakan di distrik perbelanjaan Tsim Sha Tsui yang ramai.
Para pengunjuk rasa juga merencanakan sebuah acara yang disebut "Suck the Christmas" pada Hari Natal, dimana diperkirakan akan ada aksi protes di berbagai distrik menurut informasi yang tersebar di media sosial.
Sebelumnya, pada Minggu (22/12/2019), lebih dari 1.000 orang berunjuk rasa damai mendukung etnis Uighur China yang telah ditahan secara massal di kamp-kamp di wilayah Xinjiang barat laut China.
Baca Juga
Demonstrasi ini berjalan dengan izin pihak berwenang, tetapi polisi mengatakan mereka kemudian harus mengambil tindakan tegas setelah pengunjuk rasa “menyerang” petugas untuk membantu orang yang ditangkap melarikan diri.
Para pengunjuk rasa, sebagian mendesak kemerdekaan Hong Kong, juga melepaskan bendera nasional dari posisinya di lokasi protes, sebuah langkah yang menurut pemerintah ilegal.
“Mengadvokasi kemerdekaan Hong Kong ... tidak kondusif untuk kepentingan keseluruhan dan jangka panjang masyarakat Hong Kong. Ini juga bertentangan dengan kebijakan dasar Republik Rakyat China mengenai Hong Kong,” tutur pemerintah dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir melalui Reuters (Senin, 23/12/2019).
Aksi protes di Hong Kong kini telah memasuki bulan ketujuh, meskipun relatif tenang dibandingkan dengan skala dan intensitas kekerasan sejak dimulai pada bulan Juni.
Banyak penduduk merasa tak terima dengan apa yang mereka lihat sebagai campur tangan pemerintah China dalam kebebasan yang dijanjikan kepada bekas koloni Inggris ini ketika dikembalikan ke tangan China pada tahun 1997.
Di sisi lain, China menyangkal campur tangan yang ditudingkan dan mengatakan berkomitmen untuk formula "satu negara, dua sistem" yang diberlakukan pada saat itu. China justru menyalahkan pasukan asing karena mengobarkan kerusuhan.
Banyak warga Hong Kong juga geram pada kebrutalan polisi yang dirasakan serta menuntut penyelidikan independen terhadap tuduhan kekuatan yang berlebihan. Selain demokrasi penuh, para demonstran menuntut pembebasan semua demonstran yang ditangkap.