Bisnis.com, JAKARTA - Lebih dari 40 persen responden yang disurvei oleh Kamar Dagang Amerika (AmCham) di Hong Kong mengatakan mereka mungkin akan meninggalkan kota tersebut, didorong kekhawatiran atas penerapan undang-undang keamanan nasional yang keras oleh China dan penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah daerah.
AmCham menemukan bahwa 42 persen responden sedang mempertimbangkan atau berencana untuk pindah dari Hong Kong.
Undang-undang keamanan baru menduduki puncak daftar kekhawatiran mereka yang ingin keluar, sedangkan 62 persen mengutip ketidaknyamanan dengan undang-undang sebagai alasan untuk pergi.
Banyak juga yang khawatir tentang dampak undang-undang tersebut di sekolah-sekolah Hong Kong, dengan 36 persen dari mereka yang mempertimbangkan untuk pindah mengatakan bahwa mereka mengkhawatirkan kualitas pendidikan setelah undang-undang tersebut diberlakukan. Selain itu, 49 persen responden mengatakan kebijakan karantina pemerintahan Carrie Lam yang menyulitkan perjalanan membuat mereka ingin pergi.
Hong Kong memiliki beberapa aturan karantina Covid-19 yang paling ketat di dunia, termasuk menginap di hotel selama 21 hari bagi kebanyakan orang yang masuk dari luar negeri dan penahanan di pusat-pusat yang dikelola pemerintah untuk penghuni gedung apartemen dengan kasus yang dikonfirmasi dari jenis varian virus corona.
“Kami yakin banyak bisnis akan memiliki peluang kuat untuk berkembang di masa depan. Namun saat ini, mudah untuk khawatir tentang berkurangnya SDM dan keterampilan terbaik di kota yang ditopang oleh perdagangan, arus modal internasional, dan konektivitas global itu,” kata Presiden AmCham Tara Joseph dalam sebuah pernyataan, dilansir Bloomberg, Rabu (12/5/2021).
Baca Juga
Dilakukan antara 5 dan 9 Mei, survei ini melibatkan tanggapan dari 325 orang, terhitung 24 persen dari keanggotaan grup.
“Berdasarkan hasil survei, AmCham sangat menyarankan agar pemerintah memperhatikan sentimen ekspatriat di Hong Kong dan berupaya menghilangkan kekhawatiran besar melalui pemahaman yang lebih kuat tentang bakat internasional Hong Kong, agar kota tidak kehilangan daya saing dibandingkan pusat bisnis lainnya,” kata AmCham.