Bisnis.com, JAKARTA - Nasdaq Inc (NDAQ.O) memperketat penawaran umum saham perdana (IPO) sejumlah perusahaan China berskala kecil dengan memperlambat persetujuan transaksi dari bursa tersebut, menurut eksekutif perusahaan dan para bankir investasi.
Upaya Nasdaq untuk membatasi transaksi di bursa saham AS itu dilakukan karena semakin banyak dari perusahaan itu yang lebih memilih meningkatkan sebagian besar modal mereka saat IPO yang bersumber dari Cina ketimbang dari investor AS.
Perdagangan saham sebagian besar perusahaan China tersbut dinilai tidak cocok diperdagangkan di bursa tersebut karea kebanyakan dari mereka dikuasai oleh orang dalam. Likuiditasnya yang rendah juga membuat mereka tidak menarik bagi banyak investor institusi besar sebagaimana yang dibidik Nasdaq.
Sebagai contoh, sebuah jaringan perusahaan farmasi online China 111 inc. (Yi.O) meraup US$100 juta dalam IPO-nya di Nasdaq tahun lalu, namun saham utamanya dijual ke koneksi eksekutif perusahaan, menurut CEO 111, Liu Junling seperti dikutip Reuters dalam sebuah wawancara, Senin (30/9/2019).
Perusahaan hewan peliharaan Dogness International Corp (DOGZ.O) juga menjadi contoh lain dari perusahaan China yang terdaftar di Nasdaq yang investornya lebih banyak dari China daripada dari Amerika Serikat, menurut sumber yang dekat dengan perusahaan itu.
“Satu kualitas penting dari pasar modal kami adalah kami memberikan akses yang tidak diskriminatif dan adil kepada semua perusahaan yang memenuhi syarat. Semua transaksi ekuitas di AS harus menciptakan pasar yang dinamis yang menyediakan beragam peluang investasi bagi investor AS,” kata Juru Bicara Nasdaq.
Baca Juga
Akan tetapi pihak Nasdaq menolak berkomentar secara khusus tentang dampak dari perubahan dalam aturan pencatatan saham perusahaan kecil China di bursa tersebut.
Pada saat meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China terkait perdagangan dan teknologi, langkah Nasdaq mengekang IPO perusahaan China merupakan titik panas terbaru dalam hubungan keuangan antara dua ekonomi terbesar dunia itu.
Saham perusahaan China yang terdaftar di AS turun tajam pada hari Jumat setelah muncul laporan bahwa Gedung Putih sedang mempertimbangkan penghapusan perusahaan China dari bursa saham AS.
Akan tetapi seorang pejabat Departemen Keuangan AS mengatakan pada hari Sabtu bahwa Pemerintahan Presiden Donald Trump tidak akan memblokir seluruh perusahaan China dari pencatatan saham di bursa saham AS.
Pihak Gedung Putih menolak untuk mengomentari perubahan aturan listing Nasdaq tersebut.
Pada Juni lalu anggota parlemen AS memperkenalkan undang-undang, meski belum diadopsi, yang akan memaksa perusahaan China yang terdaftar di bursa saham Amerika untuk tunduk kepada peraturan, termasuk menyediakan akses ke audit atau menghadapi delisting.
Nasdaq sendiri untuk pertama kali mengusulkan perubahan aturan pencatatan pada Oktober 2018 dan perubahan mulai berlaku bulan lalu.