Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Inggris berada diperkirakan menguat di atas perkiraan pada kuartal I/2019 meskipun krisis Brexit, yang memecah belah parlemen dan pemerintah, meningkat.
Produk domestik bruto (PDB) Inggris dilaporkan naik 0,2% pada Februari, menyusul kenaikan 0,5% pada Januari.
Realisasi ini lebih tinggi 2% dari PDB Inggris pada periode yang sama tahun sebelumnya dan merupakan tingkat pertumbuhan tahunan tercepat sejak akhir 2017.
"Ini artinya ekonomi [Inggris] akan tumbuh 0,5% pada kuartal pertama tahun ini jika PDB Maret tidak mengalami perubahan," demikian laporan yang dilansir Bloomberg pada Rabu (10/4/2019).
Proyeksi tersebut dua kali lebih tinggi dari percepatan pertumbuhan 3 bulan sebelumnya dan lebih cepat dari perkiraan bank sentral Inggris.
Pertumbuhan ini kemungkinan disebabkan oleh penimbunan barang oleh pelaku industri sebagai upaya mereka untuk mengatasi risiko Brexit, yang tertunda dari agenda awal pada 29 Maret.
Para pemimpin Uni Eropa akan bertemu di Brussel pada Rabu waktu setempat untuk memutuskan kemungkinan penundaan Brexit hingga setahun.
Data tersebut dapat memberikan sedikit angin positif bagi Perdana Menteri Theresa May yang sedang resah sambil menunggu keputusan akhir terkait periode penundaan Brexit.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk telah menolak permintaan PM May untuk menunda Brexit dalam jangka waktu yang lebih singkat, di mana penundaan yang lebih lama dapat mengganggu kestabilan Inggris, baik secara politik maupun ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi pada Februari merata di berbagai sektor, manufaktur tercatat tumbuh 0,9% dan konstruksi tumbuh 0,4%.
Kinerja terendah tercatat terjadi pada industri jasa yang dominan, dengan pertumbuhan output hanya sebesar 0,1%.
Sementara itu, output untuk industri jasa keuangan dan asuransi terpangkas untuk 12 bulan berturut-turut, periode penurunan terpanjang sejak pencatatan dimulai pada 1997.
Ekonom Bloomberg Dan Hanson mengatakan bahwa data PDB Inggris ini mengindikasikan rebound untuk kuartal I/2019 namun berapa lama penguatan ini akan bertahan tergantung pada progres negosiasi Brexit.
"Jika kebuntuan di parlemen tidak teratasi dalam beberapa pekan mendatang, kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan bergerak mendekati tren tahun ini. Namun penundaan Brexit lebih lanjut dapat mengubah proyeksi tersebut," kata Hanson.
Data lainnya menunjukkan defisit perdagangan Inggris turun pada Februari menjadi 14,1 miliar pound sterling atau senilai US$18,4 miliar.
Ekspor terpantau naik, tetapi kemungkinan disebabkan oleh aksi penimbunan barang oleh para pelaku industri sebagai bentuk antisipasi no-deal Brexit. Adapun impor Inggris tercatat menurun dari segi nilai dan volume.