Bisnis.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan fenomena equinox tidak berdampak signifikan terhadap perubahan suhu di Bumi.
Menurut BMKG, perubahan suhu di wilayah Indonesia memang dimungkinkan untuk terjadi mengingat posisi Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa.
Saat equinox, ketika matahari berada tepat melintasi garis khatulistiwa, pencahayaan di wilayah Indonesia akan lebih maksimal dibandingkan saat lainnya. Namun demikian, fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrem.
Banyak faktor lain penyebab perubahan suhu, antara lain kerusakan lingkungan hidup, angin, awan, dan lainnya. Secara rata-rata suhu maksimum di wilayah Indonesia berada dalam kisaran 32-36°C. Pengamatan suhu maksimum tertinggi pada 23 Maret 2019 tercatat 37,6°C di Meulaboh, Aceh.
"Equinox bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika dan Amerika yang merupakan kejadian peningkatan suhu udara ekstrem di luar kebiasaan dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama," demikian pernyataan BMKG yang Bisnis.com terima, Senin (25/3/2019) malam melalui pesan singkat.
Terkait fenomena equinox, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari equinox sebagaimana disebutkan dalam isu yang berkembang.
Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab/basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa/periode transisi/pancaroba.
Masyarakat dianjurkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh, dan tetap menjaga kesehatan keluarga, serta lingkungan.