Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno berpendapat pernyataan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie yang menyindir PDIP dan Golkar karena getol mengesahkan perda syariah merupakan cara untuk mengambil basis pemilih partai nasionalis.
"Dalam pileg, semua partai menggunakan strategi perang terbuka, tak peduli teman koalisi, yang penting dapat suara," kata Adi, Selasa (12/3/2019).
"Rebutan basis pemilih di bawah penting untuk lolos dan menang. Makanya di pileg, jeruk bisa makan jeruk."
Menurut Adi, secara substansi, pernyataan Grace merupakan kritik keras terhadap partai nasionalis lama yang kerap abai terhadap isu intoleransi dan hak minoritas. Kecenderungan mereka, kata Adi, memang lebih banyak fokus pada suksesi politik saja.
"Pernyataan Grace adalah satu penempatan diri PSI yang ingin menegaskan identitas berbeda dengan partai lama. Di tengah demokrasi yang makin terbuka, perbedaan politik menjadi syarat wajib bagi peneguhan eksistensi partai," ujar dia.
Menurut Adi, cara itu efektif. Namun, ceruk pemilihnya minim dan terbatas pada kelompok aktivis HAM, aktivis perempuan, dan pegiat toleransi.
Sebelumnya, Grace menyindir partai-partai nasionalis di hadapan ribuan kader PSI dalam acara Festival 11 PSI di Medan, Senin kemarin. Grace menyayangkan sikap PDIP dan Golkar yang terlibat aktif dalam pengesahan 443 Perda Syariah di Indonesia. Grace mengatakan pernyataannya ini merujuk pada hasil penelitian yang ditulis Michael Buehler, Guru Besar Ilmu Politik Nothern Illinois University.
"Bagaimana mungkin disebut partai nasionalis, kalau diam-diam menjadi pendukung terbesar Perda Syariah?" ujar Grace, kemarin.
PDIP berang dengan pernyataan tersebut. Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan pernyataan Grace ngawur dan semata-mata membangun persepsi sebagai partai yang paling pancasilais dan nasionalis.
Hendrawan menilai, PSI tengah berupaya menarik basis pemilih PDIP yang moderat agar bisa lolos ambang batas parlemen.
"Segmen PDIP yang gemuk berusaha ditangguk. Namun, mereka masih dipersepsi sebagai partai elitis, nasionalis gedongan dan anak-anak muda dengan urban life-style dan segala atributnya," ujar Hendrawan saat dihubungi secara terpisah.