Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Brexit Ditolak Parlemen Inggris, Nasib PM Theresa May di Persimpangan

Kesepakatan Brexit yang diajukan Perdana Menteri May ditolak mayoritas anggota Parlemen dengan selisih suara terbesar dalam sejarah pemerintahan Inggris
PM Inggris Theresa May/Reuters
PM Inggris Theresa May/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintahan Perdana Menteri Inggris Theresa May mengalami kekalahan telak setelah mayoritas anggota parlemen menolak kesepakatan Brexit hasil rundingan May dengan Uni Eropa (UE).

Melansir BBC, Rabu (16/1/2019), 432 anggota parlemen menolak kesepakatan Brexit dan hanya 202 yang mendukung. Dengan margin 230 suara, hasil ini menjadi kekalahan terbesar dalam sejarah voting pemerintahan modern Inggris.

Lebih dari 100 anggota Partai Konservatif pimpinan May membelot dan justru mendukung suara oposisi yang secara nyata menolak kesepakatan Brexit. Dengan melakukan hal itu, mereka menghasilkan rekor baru yang sebelumnya terjadi pada 1924 ketika selisih suara dukungan dan penolakan mencapai 166 suara.

Kekalahan yang mendera May adalah pukulan yang besar bagi pemerintahannya setelah dua tahun bernegosiasi dengan UE. Misi yang diusung May sejak awal adalah menghindari pengunduran diri dari Uni Eropa tanpa kesepakatan, sekaligus menyepakati 21 bulan masa transisi.

Pemungutan suara ini sesungguhnya direncanakan berlangsung Desember lalu, namun Perdana Menteri May mengajukan pemunduran sembari mencari tambahan dukungan untuk kesepakatan Brexit yang ia bawa.

Inggris djadwalkan meninggalkan UE pada 29 Maret, namun hasil pemungutan suara itu justru semakin membuat pengunduran diri Inggris beserta waktu pemberlakuannya menjadi tidak jelas.

"Terlihat jelas bahwa Parlemen tidak sepakat dengan kesepakatan ini. Namun hasil pemungutan suara malam ini juga tak memperlihatkan apa yang sesungguhnya didukung Parlemen," kata May di hadapan para anggota parlemen beberapa saat setelah hasil pemungutan suara diumumkan.

"Ini sama sekali tak menunjukkan bahwa Parlemen mendukung keinginan warga Inggris dalam referendum yang dipertahankan," tambahnya.

Pihak oposisi pemerintah, Partai Buruh yang dipimpin oleh Jeremy Corbyn segera menyerukan mosi tidak percaya setelah hasil pemungutan suara diumumkan. Voting untuk menentukan nasib Theresa May akan dilaksanakan pada Rabu malam waktu Inggris. Jika May kalah, perhitungan mundur selama 14 hari akan dimulai dan jika pemerintahan Partai Konservatif atau alternatifnya gagal mendapat dukungan dalam pemungutan suara tidak percaya berikutnya, maka pemilihan umum akan dipercepat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : BBC, Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper