Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berencana menarik 5.000 dari total 14.000 pasukan militer AS di Afghanistan, kata seorang pejabat AS pada Kamis, (20/12/2018) waktu setempat.
Keputusan ini datang sehari setelah Pemerintah AS mengumumkan penarikan seluruh pasukan di Suriah. Kebijakan ini ditentang banyak pihak dan disinyalir menjadi alasan pengunduran Menteri Pertahanan Jim Mattis pada Kamis (21/12/2018).
Seorang pejabat yang enggan disebut namanya mengungkapkan kepada Reuters bahwa keputusan dan perintah verbal untuk memulai proses penarikan telah dibuat. Pejabat tersebut mengungkapkan linimasa kebijakan tengah didiskusikan meski ia bisa terjadi dalan hitungan minggu atau bulan.
Masih belum jelas apakah sisa 9.000 pasukan dapat menunaikan misi yang tengah berlangsung di Afghanistan. Misi tersebut mencakup pelatihan pasukan Afghanistan, memberi saran strategi, dan melancarkan serangan udara melawan Taliban dan kelompok militan lain.
Pasukan AS dikirim ke Afghanistan sejak 2001 setelah kelompok teroris menyerang World Trade Center dan Pentagon pada 11 September 2011. Pasukan AS dikirim untuk mengusir Taliban pimpinan Osama bin Laden, yang mendalangi serangan itu.
Pejabat AS kini terlibat dalam perundingan dengan Taliban yang menguasai kawasan yang cukup luas di Afghanistan. Kontrol pemberontak Taliban terus menguat selama tiga tahun terakhir, dengan Pemerintah Kabul hanya mengontrol 56% dari total wilayah Afghanistan. Turun dari 72% dari 2015.
Isu penarikan pasukan mulai merebak usai Trump dikabarkan berbicara pada orang dekat dan mempertanyakan, "Apa yang kita lakukan di sana? Kita sudah bertahun-tahun di sana."
Orang tersebut mengungkapkan bahwa Trump telah kehilangan kesabaran pada militer AS yang hadir di Afghanistan.
Lebih dari 2.400 pasukan AS tewas dalam perang di Afghanistan yang telah berlangsung selama 17 tahun. Pentagon juga telah mengeluarkan peringatan bahwa penarikan pasukan AS akan membuat militan mengembangkan plot baru melawan AS.