Bisnis.com, DUBAI – Setelah dua pekan menyangkal soal kematian kolumnis Washington Post Jamal Khashoggi, Arab Saudi akhirnya membuat pengakuan.
Arab Saudi mengakui bahwa Khashoggi tewas di Konsulat negeri itu di Istanbul, Turki. Penyebab kematian Jamal Khashoggi konon akibat perkelahian.
Meski dengan sebab yang masih dipertanyakan, dunia mendapat kepastian bahwa Khasoggi meninggal saat berada di dalam kompleks konsulat negerinya sendiri.
Khashoggi meninggalkan negerinya demi menghindar dari kemungkinan balasan Pangeran sang putra mahkota yang kerap dikritiknya.
Tapi nasib berkata lain, setelah mukim di Amerika Serikat, Khashoggi akhirnya harus berurusan dengan negerinya kembali, untuk mengurus administrasi pernikahan sebelum mempersunting tunangannya, Hatice Cengiz asal Turki.
Perjalanan hidup Khashoggi pun berakhir di wilayah yurisdiksi negerinya, di kompleks Konsulat Arab Saudi yang berada di Turki.
Setelah berbagai tekanan internasional, terutama tekanan AS, Arab Saudi akhirnya mengakui soal hilangnya Khashoggi.
Seiring pengakuan soal kematian Khashoggi di Konsulat, Arab Saudi juga telah memecat lima pejabat atas insiden itu. Dua di antaranya adalah pejabat senior negeri itu.
Raja Salman langsung memerintahkan pemecatan Saud al-Qahtani dan Ahmed Asiri.
Qahtani adalah penasihat istana yang dianggap sebagai tangan kanan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. Sedangkan Asiri adalah Wakil Kepala Intelijen Arab Saudi.
Qahtani dan Bayangan Putra Mahkota
Qahtani, 40, memasuki istana saat Arab Saudi dipimpin almarhum Raja Abdullah. Namun, Qahtani berhasil mendapatkan popularitas dan posisi penting setelah menempel kepada Pangeran Mohammed.
Qahtani pun menjadi satu dari sedikit orang kepercayaan di lingkaran dalam Istana.
Qahtani tak ubahnya bayang-bayang Sang Putra Mahkota. Sumber mengatakan Qahtani secara teratur berbicara atas nama Putra Mahkota dan memberikan perintah langsung kepada pejabat senior termasuk di kalangan aparat keamanan negara itu.
Orang-orang yang dekat dengan Khashoggi dan pemerintah mengatakan Qahtani telah mencoba memancing jurnalis itu untuk kembali ke Arab Saudi setelah ia pindah ke Washington.
Dalam pernyataan-pernyataannya melalui Twitter sejak Agustus 2017, Qahtani meminta 1,35 juta pengikutnya untuk menandai akun-akun yang perlu dimasukkan ke dalam daftar hitam untuk pemantauan.
Qahtani pernah menulis “Apakah kalian pikir saya membuat keputusan tanpa petunjuk? Saya seorang petugas dan seorang pelaksana setia dari perintah Tuanku Raja dan Tuanku Putra Mahkota. ”
Dalam sebuah tweet pada Sabtu, Qahtani mengucapkan terima kasih kepada Raja dan Putra Mahkota atas kepercayaan besar yang diberikan kepadanya.
Asiri, Pendukung Presiden Terguling Yaman
Pejabat lain yang diberhentikan, Asiri, telah bergabung dengan militer Saudi pada tahun 2002.
Menurut laporan media Saudi, Asiri menjabat sebagai juru bicara koalisi yang mendukung presiden terguling Yaman setelah Pangeran Mohammed memimpin Arab Saudi ke dalam perang sipil negara itu pada 2015.
Asiri diangkat sebagai wakil kepala intelijen berdasar keputusan kerajaan pada April 2017.
Sebelum dipecat, Asiri dikenal sebagai penasihat militer Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman yang dikenal dengan inisial MbS.