Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wakil Ketua MPR Setujui Pilkada Tidak Langsung

Wakil Ketua MPR Mahyudin setuju dengan wacana pemilihan kepala daerah (Pilkada) tak langsung atau melalui DPRD.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda (kiri) bersama Wakil ketua umum Gerindra Ferry Juliantono (kanan), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kedua kanan), Sekjen PKB Abdul Kadir Karding (kedua kiri) saat rilis survei tingkat elektabilitas untuk Pilkada 2018 wilayah Jawa Timur, di Jakarta, Minggu (11/8)./Antara-Galih Pradipta
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda (kiri) bersama Wakil ketua umum Gerindra Ferry Juliantono (kanan), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kedua kanan), Sekjen PKB Abdul Kadir Karding (kedua kiri) saat rilis survei tingkat elektabilitas untuk Pilkada 2018 wilayah Jawa Timur, di Jakarta, Minggu (11/8)./Antara-Galih Pradipta

Bisnis.com, BONTANG -  Wakil Ketua MPR Mahyudin setuju dengan wacana pemilihan kepala daerah (Pilkada) tak langsung atau melalui DPRD.

Wakil Ketua MPR Setujui Pilkada Tidak Langsung

Peserta Pilkada 2018 di Tapanuli Utara/Istimewa

"Dengan dipilih DPRD biaya untuk jadi kepala daerah itu murah, bahkan boleh dibilang gratis," kata Mahyudin di sela sosialisasi Empat Pilar MPR di Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (11/4/2018).

Selain itu, kata Mahyudin, pengawasan juga lebih mudah karena tinggal mengawasi para anggota DPRD, misalnya, apabila dikhawatirkan terjadi politik uang.

"Kalau anggota DPRD ada seratus, KPK tinggal turunkan 200 orang, satu anggota DPRD diawasi dua orang, pasti tak terjadi suap," ucapnya.

Dengan demikian, lanjut Mahyudin, akan benar-benar terpilih kepala daerah yang berkualitas dan berkomitmen membangun daerahnya.

Menurut dia, harus diakui pilkada langsung menelan biaya politik yang besar. Kalaupun tetap dipertahankan, biaya penyelenggaraan, termasuk biaya kampanye dan saksi tidak dibebankan kepada calon.

Dia mencontohkan di satu kabupaten di Jawa Barat memiliki 70.000  tempat pemungutan suara. Jika untuk biaya saksi per TPS sebesar Rp100.000 maka dibutuhkan Rp7 miliar. "Itu biaya saksi saja. Jadi, begitu mahal biaya demokrasi kita. Itu yang menyebabkan banyak kepala daerah akhirnya terjerat kasus korupsi," ujarnya.

Menurut dia pilkada langsung di tengah pendapat per kapita yang masih menengah bahkan rendah tidaklah efektif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper