Bisnis.com, PARIS--Para pakar forensik Prancis, Selasa (3/12/2013) memberikan kesimpulan bahwa Yasser Arafat meninggal bukan karena diracuni.
Para pakar tersebut menanggapi sebuah laporan Swiss tentang kematian pemimpin Palestina itu pada 2004 yang kemungkinan besar dibunuh dengan zat polonium radioaktif.
Kesimpulan Prancis itu segera ditentang oleh janda Arafat, Suha, yang telah menyatakan kematian itu merupakan pembunuhan politik oleh seseorang yang dekat dengan suaminya.
Seorang pejabat politik Palestina menilai laporan itu 'dipolitisasi'. tulis Antara, Rabu (4/12/2013)
"Anda dapat bayangkan betapa saya terguncang oleh kontradiksi antara penemuan-penemuan para pakar terbaik di Eropa atas hal ini," kata Suha, yang mengenakan busana hitam saat membacakan satu pernyataan, dalam jumpa pers di Paris.
Dia menyatakan tak menuding siapapun. "Ini berada di tangan keadilan dan ini hanyalah permulaan," tutur Suha seraya meminta laporan Swiss itu diserahkan kepada peradilan Prancis yang memeriksa kasus itu menyusul keluhan legal yang dia ajukan.
Secara terpisah, jaksa penuntut dari Prancis yang turut menangani kasus itu membenarkan penyelidikan akan dilanjutkan.
Arafat, yang menandatangani persetujuan perdamaian sementara Oslo pada 1993 dengan Israel tetapi kemudian memimpin perlawanan setelah berbagai pembicaraan gagal pada 2000, meninggal dalam usia 75 tahun di sebuah rumah sakit Prancis pada November 2004.
Kematiannya terjadi 4 pekan menyusul ia jatuh sakit setelah makan lalu muntah dan sakit perut.
Penyebab kematian yang diumumkan secara resmi adalah stroke tetapi para dokter Prancis mengatakan pada waktu itu mereka tak dapat menentukan apa penyakit yang diderita sesungguhnya. Jasadnya tak diotopsi.
Pakar forensik Swiss memicu kontroversi bulan lalu dengan mengumumkan bahwa hasil dari pengetesan atas sampel yang mereka ambil dari jasad Arafat konsisten dengan peracunan polonium, sementara tidak ada bukti absolut tentang penyebab kematian.
Laporan itu yang diserahkan ke Suha tidak akan dipublikasikan tetapi kantor penuntut umum Prancis menyatakan laporan tersebut menyimpulkan "Secara ringkas, kematian bukan dengan meracuni Polonium 210.
Pemeriksaan Polonium 210 dan zat-zat radioaktif lainnya yang diambil dari sampel jasad itu konsisten dengan keaslian lingkungan alam.
Hal itu dapat, tulis laporan itu, mengarah ke peradilan untuk menutup kasus itu jika tidak mereka memiliki bukti-bukti meyakinkan lainnya. (ra)