Bisnis.com, TIMIKA - Setelah tiga pekan, hingga Jumat (17/11/2017), menyandera sekitar 1.300 warga di Utikini Lama, Kimbeli, Waa-Banti, Opitawak hingga Aroanop, pelayanan kesehatan dan pendidikan lumpuh total.
Rumah Sakit Waa-Banti milik Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sudah tutup operasionalnya sejak 27 Oktober 2017. Kondisi serupa terjadi di SD dan SMP Negeri Banti.
Seluruh petugas kesehatan dan guru-guru di wilayah itu telah dievakuasi ke Timika.
KKB kini memiliki senjata api ilegal dan merupakan barang bukti sebuah tindak pidana pembunuhan terhadap aparat negara (anggota Brimob). Dua senjata api laras panjang jenis Styer Aug yang memiliki amunisi kaliber 5,46 milimeter yang kini dikuasai oleh KKB diketahui dirampas dari dua anggota Detasemen Gegana Brimob, Bripda Riyan Hariansah dan Bripda M Adpriadi, pada 1 Januari 2015.
Saat itu, kedua anggota Brimob tersebut bertugas sebagai anggota Satgas Amole untuk pengamanan PT Freeport di wilayah Tembagapura.
Keduanya bersama seorang satpam PT Freeport Indonesia bernama Suko Miartono diserang dan ditembak mati oleh KKB di sekitar wilayah Kampung Utikini Lama, saat tengah melakukan patroli ke Kampung Banti.
Tiga Pekan
KKB sudah lebih dari tiga pekan menguasai dan menduduki perkampungan sekitar Kota Tembagapura.
Baca Juga
BACA JUGA:
- Pembebasan Sandera di Papua, Panglima TNI: Negosiasi Ada Batas Waktu
- Upaya Bebaskan Sandera di Papua, Wiranto: Kita Tak Mau Biarkan Prajurit Kita Mati Konyol
- Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua Kian Brutal, Pembebasan 1.300 Sandera Dipersiapkan
- Pembebasan 1.300 Sandera: Aparat Pasok Makanan ke Desa-Desa yang Diteror KKB
Sejak itu, 1.300 warga sipil dilaporkan terisolasi karena tidak bisa lagi leluasa untuk bepergian ke Tembagapura guna membeli barang kebutuhan pokok mereka.
Kini kondisi mereka makin memburuk lantaran persediaan bahan makanan makin menipis.