Bisnis.com, JAKARTA - Pasukan keamanan Indonesia di provinsi paling timur Papua sedang bersiap untuk menyerang lima desa yang menurut mereka dipegang oleh sebuah kelompok pemberontak bersenjata, kata beberapa pejabat polisi.
Sekitar 200 personil polisi dan militer telah dikerahkan dan sedang menunggu perintah untuk mengamankan daerah tersebut, di mana sebuah kelompok separatis bersenjata yang terkait dengan Gerakan Papua Merdeka (OPM) menahan sekitar 1.000 orang meninggalkan sebuah daerah di dekat tambang tembaga raksasa, yang dioperasikan oleh Penambang Amerika Freeport-McMoRan Inc
"Saat ini pasukan gabungan polisi dan militer telah menduduki berbagai pos untuk bisa mengambil tindakan," kata juru bicara kepolisian Papua, Suryadi Diaz.
"Mereka akan dibawa mati atau hidup," katanya dari sekitar 100 pemberontak yang menurut polisi telah menyiksa penduduk desa sejak mengambil alih wilayah tersebut beberapa hari yang lalu.
Sebuah keadaan darurat telah diumumkan di wilayah tersebut dan setidaknya 300 pasukan keamanan tambahan telah dikirim ke wilayah provinsi tersebut setelah serangkaian baku tembak sejak 17 Agustus yang menewaskan satu petugas polisi dan melukai enam lainnya.
- Ini Saran Upaya Pembebasan 1.300 Warga yang Disandera di Papua
Baca Juga
- 1.300 Warga di Papua Disandera, Ini Upaya Pembebasan
- Penyanderaan 1.300 Warga Papua: Ini Penjelasan Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian
Kelompok pemberontak, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-OPM), pada Jumat (10/11) menolak meninggalkan desa-desa di dekat tambang tersebut, tetapi mengatakan pihaknya "berperang" dengan polisi, militer, dan Freeport.
Papua memiliki gerakan separatis yang telah lama berjalan dan terkadang penuh kekerasan sejak dimasukkan ke Indonesia setelah referendum yang didukung PBB pada 1969.
Presiden Joko Widodo telah berusaha meredakan ketegangan di kedua provinsi tersebut dengan meningkatkan investasi, membebaskan tahanan politik dan menangani masalah hak asasi manusia. Ini adalah eskalasi kekerasan pertama selama masa jabatannya.
Tambang Grasberg Freeport telah dijalin oleh masalah keamanan selama beberapa dekade karena konflik tingkat rendah yang dilakukan oleh pemberontak pro-kemerdekaan di Papua. Antara 2009 dan 2015, penembakan di dalam wilayah proyek tambang menewaskan 20 orang dan melukai 59 lainnya.
Baru-baru ini, Freeport, produsen tembaga terbesar di dunia, telah bergulat dengan masalah perburuhan di Grasberg dan sebuah perselisihan dengan pemerintah Indonesia mengenai hak atas tambang tersebut.