Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biografi Fatmawati, Istri Presiden Soekarno, Penjahit Bendera Sang Saka Merah Putih

Fatmawati, istri Soekarno, menjahit bendera Merah Putih pertama yang dikibarkan saat Proklamasi 17 Agustus 1945. Ia diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Biografi Fatmawati, Istri Presiden Soekarno yang Menjahit Bendera Sang Saka Merah Putih/DJPB Kementerian Keuangan
Biografi Fatmawati, Istri Presiden Soekarno yang Menjahit Bendera Sang Saka Merah Putih/DJPB Kementerian Keuangan

Bisnis.com, JAKARTA - Fatmawati, istri dari Presiden Soekarno dikenal sebagai orang yang menjahit bendera merah putih yang akan dikibarkan di hari kemerdekaan RI.

Dilansir dari laman kemensos, bendera Sang Saka itulah menjadi bendera pertama yang dikibarkan saat Upacara Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang lalu.

Kala itu, Fatmawati tidak sengaja mendengar teriakan bahwa bendera Indonesia belum ada saat Ir.Soekarno bersama tokoh lainnya sedang berkumpul menyiapkan peralatan untuk pembacaan naskah teks proklamasi.

Tanpa pikir panjang, Fatmawati mencoba untuk menjahit bendera Sang Saka Merah Putih. Walau hanya ‘Merah dan Putih’ tentu saja bukan perkara mudah bagi Fatmawati yang saat itu sedang hamil besar. Dengan menggunakan alat jahit tangan, bendera Merah Putih berukuran 2x3 meter itu dijahit oleh Fatmawati di ruang makan dengan harapan kelak dapat digunakan untuk keperluan bangsanya.

Dalam Buku berjudul Berkibarlah Benderaku (2003), yang ditulis oleh Bondan Winarno, diketahui Fatmawati sambil menitikan air mata ketika menjahit bendera ini.

Sebab saat itu Fatmawati tengah menanti kelahiran Guntur Soekarnoputra, yang memang sudah bulannya untuk dilahirkan. Di buku tersebut juga dijelaskan bahwa Fatmawati menjahit menggunakan mesin jahit Singer yang hanya bisa digerakan menggunakan tangan saja.

Karena mesin jahit yang menggunakan kaki, tidak diperkenankan mengingat usia kehamilan Fatmawati yang tinggal menunggu waktunya saja untuk melahirkan. Fatmawati baru menyelesaikan jahitan bendera Merah Putih itu dalam waktu dua hari.

Biografi Fatmawati, Istri Presiden Soekarno, Penjahit Bendera Sang Saka Merah Putih

Dokumen Kemensos

Bendera Merah Putih berukuran 2x3 meter itu untuk  pertama kalinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta.

Bertahun-tahun bendera Sang Saka yang dijahit oleh Fatmawati ini dikibarkan dalam upacara kenegaraan. Sampai akhirnya bendera tersebut digantikan oleh duplikatnya mengingat usianya yang sudah tua.

Untuk menjaga keutuhannya, Sang Dwiwarna selanjutnya difungsikan sebagai Bendera Pusaka dan disimpan di tempat terhormat di Monumen Nasional. Di perjuangan semasa hidupnya, Fatmawati bukan hanya menjadi tokoh Nasional, namun bagi masyarakat Provinsi Bengkulu sendiri sangat bangga akan sosok beliau sebagai seorang gadis Bengkulu yang bisa membuktikan di mata dunia bahwa Bengkulu punya tokoh nasional yang dikenang sampai sekarang ini.

Dalam tugasnya sebagai Ibu Negara, Fatmawati setia mendampingi Bung Karno sebagai Presiden. Di setiap kesempatan, Fatmawati selalu tampil sederhana. Ia memberikan teladan yang baik bagi perempuan Indonesia baik dalam bersikap, bertingkah laku maupun berpakaian. Kemanapun pergi, Fatmawati selalu memakai kerudung yang menjadi ciri khasnya dan Ir.Soekarno selalu memujinya.

Ir.Soekarno yang akrab disapa Bung Karno ini, tak sungkan meminta pendapat kepada Fatmawati selaku istrinya dalam mengambil langkah-langkah atau keputusan mengenai perjuangannya selaku pemimpin pejuang rakyat Indonesia. Daya pikir di luar batas yang dimiliki Fatmawati sudah disadari dari awal oleh Bung Karno. Begitu banyak peran Fatmawati di dalam kegiatan kenegaraan Republik Indonesia pada masa itu, salah satunya ketika perjuangan rakyat Indonesia telah sampai di titik kulminasi, pada saat masyarakat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56, Jakarta oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Atas jasa Ibu Fatmawati, bangsa Indonesia memiliki bendera Sang Saka Merah Putih.

Sebagai Ibu Negara Republik Indonesia yang pertama, Ibu Fatmawati selalu setia mendukung perjuangan Presiden Soekarno, selalu memberikan keteladanan tentang pentingnya pengorbanan, dan selalu menekankan pentingnya menjaga semangat, menjaga mimpi di tengah keterbatasan-keterbatasan yang ada. Pada era Presiden Abdurrahman Wahid, Fatmawati dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, melalui surat Keputusan Presiden RI Nomor 118/TK/2000 tanggal 4 November 2000. Fatmawati meninggal dunia dalam perjalanan pulang dari Arab Saudi, setelah dirinya menunaikan ibadah Umroh. Fatmawati mengalami serangan jantung saat pesawatnya transit di Kuala Lumpur dan meninggal di General Hospital pada tanggal 14 Mei 1980. Fatmawati tutup usia di umur 57 tahun dan dimakamkan di TPU Karet Bivak Jakarta.

Sebagai tanda bukti hormat atas perjuangan Ibu Fatmawati sekaligus untuk mengingatkan kita semua untuk meneladani sikap kenegarawanan Ibu Fatmawati serta memotivasi bangkitnya sikap-sikap kepahlawanan, maka dibangunlah sebuah monumen di Simpang Lima Ratu Samban Kota Bengkulu. Monumen yang berdiri kokoh di pusat Kota Bengkulu, tak jauh dari Rumah Fatmawati tersebut dikenal dengan nama Monumen Fatmawati. Monumen ini menggambarkan peristiwa sejarah dijahitnya Bendera Merah Putih oleh Fatmawati. Monumen yang sangat indah ini merupakan karya salah satu maestro patung Indonesia, I Nyoman Nuarta. Ia merupakan perupa asal Bali yang mempersembahkan karyanya untuk masyarakat Bengkulu dan juga masyarakat Indonesia.

Selain monumen, Fatmawati Soekarno juga dijadikan nama bandara di Bengkulu. Sedangkan rumah yang pernah ditempatinya dijadikan museum yang juga termasuk destinasi wisata bersejarah di Bengkulu. Hal itu sebagai bentuk untuk mengenang semua jasa Fatmawati terhadap Bangsa dan Negara.

Fatmawati lahir pada 5 Februari 1923.

Sosok Fatmawati yang sopan, cerdas, dan pandai dalam bernyanyi membuat dirinya mendapatkan peran langka di Sekolah Katolik itu untuk memerankan Bunda Maria pada perayaan Natal 24 Desember 1988—sekaligus menyanyikan kidung Natal Stille Nacht—yang disaksikan langsung dan disambut baik oleh para pastor, suster, Soekarno, Inggit, dan kedua orangtua Fatmawati yang terkenal sangat taat dalam beragama: Hassandin dan Siti Jubaidah.

Saat Fatmawati menginjak usia 17 tahun, Soekarno memberanikan diri melamar Fatmawati. Soekarno beralasan 18 tahun pernikahannya bersama Inggit tidak kunjung memberikan keturunan sementara Ibunda Soekarno yang telah berusia senja di Blitar terus menanyakan kapan bisa memiliki cucu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro