Bisnis.com, JAKARTA – Israel dilaporkan telah menyerang dan menyita kapal bantuan kemanusiaan berbendera Inggris, Madleen, yang berupaya menembus blokade laut menuju Jalur Gaza.
Melansir Reuters, Senin (9/6/2025), kapal yang dioperasikan oleh koalisi pro-Palestina Freedom Flotilla Coalition (FFC) itu membawa 12 awak, termasuk aktivis iklim Greta Thunberg dan anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Rima Hassan.
Misi kapal tersebut bertujuan mengirimkan sejumlah kecil bantuan kemanusiaan sekaligus meningkatkan kesadaran global atas krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza. Namun kapal dicegat dan dibajak oleh militer Israel pada dini hari sebelum mencapai wilayah pesisir.
Kementerian Luar Negeri Israel menggambarkan misi tersebut sebagai aksi simbolik oleh “selebritas,” dan menyatakan kapal kini dalam perjalanan menuju pelabuhan Israel. Mereka menegaskan seluruh penumpang dalam kondisi aman dan telah diberi makanan serta minuman. Militer mengonfirmasi telah mengambil alih kendali atas kapal tersebut.
“Pertunjukannya telah usai,” tulis kementerian itu secara sarkastis di media sosial X.
Menurut FFC, penahanan terjadi di perairan internasional. Sebuah foto yang dibagikan menunjukkan awak kapal mengenakan pelampung keselamatan dengan tangan terangkat.
Baca Juga
Israel berjanji akan menyalurkan bantuan di kapal — seperti beras dan susu bayi — melalui jalur kemanusiaan resmi. Namun Menteri Pertahanan Israel Israel Katz menyebut langkah ini sebagai bagian dari propaganda yang mendukung Hamas, seraya memerintahkan militer mencegah kapal mencapai Gaza.
Blokade laut terhadap Gaza telah diberlakukan sejak 2007, ketika Hamas mengambil alih kendali wilayah tersebut. Israel menilai blokade ini penting untuk mencegah penyelundupan senjata.
Namun kritik internasional terus meningkat, terlebih sejak pecahnya konflik terbaru pasca serangan Hamas pada Oktober 2023 yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di Israel. Sebaliknya, lebih dari 54.000 warga Palestina dilaporkan tewas akibat operasi militer Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
PBB memperingatkan bahwa mayoritas dari lebih dari dua juta penduduk Gaza kini menghadapi ancaman kelaparan.
Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia di wilayah Palestina, Francesca Albanese, mendukung misi kapal Madleen dan mengimbau lebih banyak kapal bantuan diberangkatkan dari pelabuhan-pelabuhan Mediterania.
“Perjalanan Madleen boleh berakhir, tapi misinya belum selesai,” ujarnya.
Dikecam Organisasi Muslim
Organisasi advokasi Muslim terbesar di Amerika Serikat, Council on American-Islamic Relations (CAIR) mengecam keras tindakan Israel yang menyita kapal bantuan Madleen dan menahan awak serta aktivis di dalamnya, termasuk Greta Thunberg.
Dalam pernyataan resminya, Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad, menyebut tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
“Kami mengecam serangan pengecut dan ilegal Israel terhadap kapal Madleen yang sedang berupaya mengirim bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan ke Gaza. Ini adalah bentuk nyata perompakan internasional dan terorisme negara,” ujarnya seperti dikutip Aljazeera.
Awad juga menuduh Israel menggunakan senjata kimia terhadap kapal bantuan dan melakukan penculikan di perairan internasional.
“Otoritas pendudukan Israel tidak memiliki dasar hukum untuk memberlakukan blokade laut terhadap Gaza,” tambahnya.
CAIR menyerukan agar kru kapal segera dibebaskan tanpa syarat, serta memberikan apresiasi kepada para aktivis kemanusiaan yang terlibat.
“Kami memberikan penghormatan kepada Greta Thunberg dan para aktivis kapal Madleen yang dengan berani mempertaruhkan keselamatan dan kebebasan mereka demi rakyat Gaza,” kata Awad.
Pesan dari Kapal Madleen
Thiago Ávila, aktivis kemanusiaan asal Brasil yang ikut serta dalam misi kapal Madleen menuju Gaza, merilis sebuah video yang dipersiapkan untuk kondisi terburuk jika kapal tersebut dicegat. Video itu kini beredar luas setelah militer Israel mengambil alih kendali kapal.
“Jika Anda menyaksikan video ini, berarti saya telah ditangkap atau diculik oleh Israel atau kekuatan lain yang turut terlibat,” ucap Ávila dalam rekaman tersebut, dilansir dari Aljazeera.
Dalam pesannya, Ávila menyerukan kepada publik dan komunitas internasional, khususnya pemerintah Brasil dan negara-negara asal para aktivis lainnya, untuk menekan Israel agar membebaskan mereka.
Ia juga meminta negara-negara tersebut mengambil langkah tegas: memutus hubungan diplomatik, menghentikan genosida terhadap rakyat Gaza, serta mencabut blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.