Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ukraina Terima Proposal Gencatan Senjata Usulan AS, Dapatkan Jaminan Bantuan Militer

Ukraina menyetujui proposal gencatan senjata dengan Rusia selama 30 hari yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam pertemuan bilateral di Gedung Putih, Washington D.C, Amerika Serikat pada Jumat (28/2/2025) waktu setempat. / Reuters-Brian Snyder/File Photo
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam pertemuan bilateral di Gedung Putih, Washington D.C, Amerika Serikat pada Jumat (28/2/2025) waktu setempat. / Reuters-Brian Snyder/File Photo

Bisnis.com, JAKARTA – Ukraina menyetujui proposal gencatan senjata dengan Rusia selama 30 hari yang diusulkan oleh Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari kesepakatan untuk mencabut pembekuan bantuan militer dan intelijen dari pemerintahan Trump.

Melansir Bloomberg, Rabu (12/3/2025), kesepakatan ini tercapai setelah negosiasi selama delapan jam di Arab Saudi pada Selasa. Dengan ini, peluang terbuka untuk menghentikan sementara perang yang telah berlangsung selama tiga tahun dan menghancurkan Ukraina.

Pemerintah AS kini akan membawa proposal ini kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendapatkan persetujuannya.

"Semoga Presiden Putin juga setuju, dan kita bisa segera memulai ini. Perdamaian butuh kesepakatan dari kedua belah pihak,” kata Presiden AS Donald Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

Trump mengonfirmasi bahwa pejabat AS akan berkomunikasi dengan pejabat Rusia pada Rabu, dan ada kemungkinan dirinya akan berbicara langsung dengan Putin dalam beberapa hari ke depan.

Di Jeddah, tempat perundingan berlangsung, Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz mengatakan bahwa delegasi Ukraina tidak hanya menerima proposal gencatan senjata penuh, tetapi juga membahas secara rinci strategi penghentian perang secara permanen, jaminan keamanan jangka panjang bagi Ukraina, serta berbagai faktor yang dapat memastikan perdamaian jangka panjang.

Selain gencatan senjata, AS dan Ukraina juga membahas kemungkinan pertukaran tahanan dengan Rusia, sebagaimana tercantum dalam pernyataan bersama. Kedua negara juga menyepakati penyelesaian cepat atas kesepakatan yang diminta Trump terkait eksplorasi sumber daya mineral di Ukraina.

Sebelum perundingan, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menegaskan bahwa tujuan utama adalah menilai sejauh mana Ukraina bersedia berkompromi demi mencapai kesepakatan damai dengan Rusia. Seusai perundingan, Rubio mengatakan bahwa proposal AS telah diterima oleh Ukraina.

Dalam pidato yang disampaikan melalui video, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa gencatan senjata 30 hari ini akan digunakan untuk mempersiapkan langkah-langkah menuju perdamaian yang kokoh serta jaminan keamanan jangka panjang bersama para mitra internasional.

"Ukraina siap untuk perdamaian. Kini giliran Rusia yang harus membuktikan apakah mereka ingin mengakhiri perang atau tetap melanjutkannya,” kata Zelensky.

Zelensky melanjutkan, Proposal gencatan senjata AS mencakup penghentian serangan udara Rusia menggunakan rudal, bom, dan drone peledak.

Langkah ini diambil setelah perdebatan panas antara Trump dan Zelensky di Gedung Putih pada 28 Februari yang berujung pada pembekuan bantuan militer AS bagi Ukraina.

Washington mensyaratkan Zelensky menunjukkan komitmen terhadap jalur diplomasi sebelum bantuan dipulihkan. Saat ditanya apakah Zelensky kini akan diundang kembali ke Gedung Putih, Trump menjawab, "Tentu, tanpa ragu."

Dalam pertemuan di Jeddah, Rubio dan Waltz berdiskusi dengan Kepala Staf Presiden Ukraina Andriy Yermak, Menteri Pertahanan Rustem Umerov, serta Menteri Luar Negeri Andrii Sybiha. Menteri Luar Negeri Arab Saudi turut hadir dalam pembicaraan tersebut.

Sebelumnya, Zelensky bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada Senin malam, namun meninggalkan Jeddah sebelum pertemuan dengan AS dimulai.

Proposal ini muncul di tengah tekanan besar bagi Ukraina di garis depan, dengan keterbatasan persenjataan dan kekurangan personel.

Pasukan Rusia tengah berupaya merebut kembali wilayah Kursk di Rusia, yang telah dikuasai Ukraina selama lebih dari tujuh bulan dan kemungkinan akan menjadi alat tawar-menawar dalam negosiasi damai mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper