Bisnis.com, JAKARTA - Pecah kongsi antara dua klan politik besar di Filipina yakni klan Ferdinand Marcos dan Rodrigo Duterte akhirnya terjadi. Krisis politik di negara bekas jajahan Spanyol dan Amerika Serikat (AS) itu berada di depan mata.
Sekadar informasi, DPR Filipina resmi memakzulkan Wakil Presiden Sara Duterte, putri dari mantan Presiden Rodrigo Duterte, yang dikenal sebagai pemimpin berkarakter kuat pada Rabu waktu setempat (6/2/2025). Pemakzulan itu merupakan puncak dari konflik antara dua klan politik terkuat di Filipina saat ini.
Sara Duterte sebelumnya sempat disorot karena telah secara terbuka akan membunuh Presiden Filipina, Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr. Ancaman Duterte sempat menggegerkan publik. Marcos pun tidak tinggal diam dan segera menyatakan akan menegakkan supremasi hukum usai mendapat ancaman tersebut.
"Sebagai negara demokrasi, kita perlu menegakkan supremasi hukum," kata Bongbong November tahun lalu.
Baik Sara maupun Bongbong Marcos adalah bagian dari dinasti politik berpengaruh di Filipina. Sara adalah putri dari Presiden Filipina yang cukup kontroversial karena melakukan 'pembersihan' kartel narkoba, Rodrigo Duterte. Sementara itu, Marcos Jr adalah putra diktator Ferdinand Marcos yang ditumbangkan oleh gerakan 'People Power' pada dekade 1980-an lalu.
Klan Duterte sendiri menguasai politik di Filipina Selatan. Mereka telah secara silih berganti memimpin Davao, yang merupakan kota terbesar di Pulau Mindanau. Mantan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pernah menjadi Wali Kota Davao pada tahun 1988 - 1998, kemudian diteruskan oleh Sara Duterte, dan sekarang digantikan oleh adiknya, Sebastian Duterte.
Baca Juga
Sementara itu, keluarga Marcos pernah berkuasa di Filipina pada tahun 1965-1986. Namun pemerintahan Ferdinand Marcos dianggap otoriter. Dia digulingkan pada tahun 1986. Setelah itu, keluarga Marcos 'berhenti sejenak' dari aktivitas politik. Ada yang melarikan diri ke luar negeri.
Kemunculan Bongbong menandai babak baru dalam sejarah politik keluarga Marcos. Dia tercatat pernah menjadi wali kota, senator, hingga akhirnya menjabat sebagai presiden Filipina. Dia menggantikan Duterte. Menariknya, saat memimpin Filipina, Marcos didampingi oleh Sara Duterte. Meskipun, sistem politik Filipina tidak mengenal paket presiden dan wakil presiden seperti di Indonesia. Yang jelas hubungan dua klan politik itu cukup harmonis sebelum memanas pada tahun lalu.
Jalannya Pemakzulan
Mengutip Reuters, pemakzulan ini didasarkan pada tuduhan bahwa Duterte menyalahgunakan dana publik saat menjabat sebagai wakil presiden dan menteri pendidikan, mengumpulkan kekayaan yang tidak dapat dijelaskan, dan mengancam nyawa Presiden Ferdinand Marcos Jr., ibu negara, dan Ketua DPR.
Pemakzulan ini diterima oleh Senat, tak lama setelah 215 dari 306 anggota DPR menyetujuinya dengan memberikan sorak-sorai dan tepuk tangan.
Meski demikian, Duterte secara konsisten membantah semua tuduhan tersebut.
Adapun, pemakzulan ini terjadi di tengah perseturuan sengit antara Sara Duterte dan Marcos yang semakin memanas sejak runtuhnya aliansi politik mereka, yakni aliansi yang sebelumnya membawa kemenangan besar dalam pemilu 2022.
Duterte menjadi pejabat terpilih tertinggi kedua di Filipina yang dimakzulkan setelah mantan Presiden Joseph Estrada pada 2000.
Langkah tersebut menjadi pukulan besar bagi keluarga Duterte, yang popularitasnya melonjak setelah Rodrigo Duterte memenangkan pemilu 2016 dengan kampanye sebagai wali kota pemberantas kejahatan. Saat menjadi presiden, ia juga 'mengguncang' kebijakan luar negeri Filipina dan melancarkan “perang terhadap narkoba”.
Saudara Sara, yakni anggota DPR Davao Paolo Duterte, dengan cepat mengecam pemakzulan ini sebagai langkah bermotif politik.
“Catat kata-kata saya: penyalahgunaan kekuasaan yang sembrono ini tidak akan berakhir sesuai harapan mereka,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.