Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Palestina menyebut populasi Gaza telah turun 6% sejak perang dengan Israel dimulai hampir 15 bulan lalu. Sekitar 100.000 warga Palestina meninggalkan daerah kantong itu sementara lebih dari 55.000 orang diperkirakan tewas.
Melansir Reuters pada Kamis (2/12/2024), Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS) yang mengutip angka dari Kementerian Kesehatan setempat menjelaskan, sekitar 45.500 warga Palestina, lebih dari setengahnya adalah wanita dan anak-anak, telah tewas sejak perang dimulai tetapi 11.000 lainnya hilang.
Dengan demikian, populasi Gaza telah menurun sekitar 160.000 jiwa selama perang menjadi 2,1 juta jiwa, dengan lebih dari satu juta atau 47% dari total anak-anak berusia di bawah 18 tahun, kata PCBS.
Ditambahkannya, Israel telah "melancarkan agresi brutal terhadap Gaza yang menargetkan semua jenis kehidupan di sana; manusia, bangunan, dan infrastruktur vital... seluruh keluarga telah dihapus dari catatan sipil. Ada kerugian manusia dan material yang sangat besar."
Merespons temuan tersebut, kementerian luar negeri Israel mengatakan data PCBS dibuat-buat, dibesar-besarkan, dan dimanipulasi untuk menjelek-jelekkan Israel. Kementerian Luar Negeri Israel telah menghadapi tuduhan genosida di Gaza karena skala kematian dan kehancuran yang terjadi.
Mahkamah Internasional (ICJ), badan hukum tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa, memutuskan pada Januari lalu bahwa Israel harus mencegah tindakan genosida terhadap warga Palestina, sementara Paus Fransiskus telah menyarankan agar masyarakat global mempelajari apakah operasi Israel di Gaza merupakan genosida.
Baca Juga
Israel telah berulang kali menolak tuduhan genosida, dengan mengatakan bahwa mereka mematuhi hukum internasional dan memiliki hak untuk membela diri setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 warga Israel dan memicu perang saat ini.
PCBS mengatakan sekitar 22% penduduk Gaza saat ini menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang sangat parah, menurut kriteria Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu, sebuah lembaga pemantau global.
Termasuk dalam 22% itu adalah sekitar 3.500 anak yang berisiko meninggal karena kekurangan gizi dan kekurangan makanan, kata biro tersebut.