Bisnis.com, JAKARTA - Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) menginformasi 3 pemimpinnya tewas dalam serangan Israel yang menargetkan Distrik Kola di Beirut, Lebanon.
PFLP adalah salah satu gerakan perlawanan yang turut dalam pertempuran melawan Israel. Melansir Reuters, seorang saksi melaporkan bahwa serangan tersebut menghantam lantai sebuah gedung apartemen di Distrik Kola, ibu kota Lebanon. Militer Israel belum memberikan komentar.
Frekuensi serangan Israel semakin meningkat terhadap milisi Hizbullah di Lebanon dan milisi Houthi di Yaman. Peningkatan eskalasi itu memicu kekhawatiran bahwa konflik di Timur Tengah dapat meluas, melibatkan Iran dan Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu utama Israel.
Adapun, pada Minggu (29/6/2024), Israel melancarkan serangan udara terhadap milisi Houthi di Yaman dan puluhan sasaran Hizbullah di Lebanon, setelah sebelumnya menewaskan pemimpin Hizbullah.
Kementerian Kesehatan Houthi melaporkan bahwa setidaknya 4 tewas dan 29 lainnya terluka akibat serangan udara di pelabuhan Hodeidah, Yaman. Israel menyatakan serangan tersebut merupakan respons terhadap serangan rudal dari milisi Houthi.
Sementara itu, di Lebanon, pihak berwenang melaporkan setidaknya 105 orang tewas akibat serangan udara Israel pada Minggu (29/6).
Baca Juga
Kementerian Kesehatan Lebanon menuturkan bahwa lebih dari 1.000 warga Lebanon tewas dan 6.000 lainnya terluka dalam dua minggu terakhir, tanpa menyebutkan berapa jumlah warga sipil. Pemerintah menuturkan bahwa seperlima dari populasi, yakni satu juta orang, telah meninggalkan rumah mereka.
Sebagai informasi, meningkatnya pengeboman Israel selama dua minggu telah menewaskan sejumlah pejabat tinggi Hizbullah, termasuk dengan pemimpin Sayyed Hassan Nasrallah.
Adapun, Israel bertekad untuk terus melancarkan serangan. Pihaknya juga menuturkan ingin mengamankan kembali wilayah utara bagi penduduk yang terpaksa melarikan diri dari serangan roket Hizbullah.
Negeri Paman Sam mendesak resolusi diplomatik untuk konflik di Lebanon. Namun, AS juga mengizinkan militernya untuk memperkuat pasukan di wilayah tersebut.
Presiden AS Joe Biden, kala ditanya apakah perang habis-habisan di Timur Tengah dapat dihindari, ia mengatakan bahwa hal tersebut harus dihindari, dan mengatakan akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.