Bisnis.com, JAKARTA – Pemimpin negara Amerika Serikat (AS), Mesir, dan Qatar memanggil Israel dan Hamas untuk melanjutkan perundingan terkait gencata senjata di Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera.
Mengutip Reuters pada Jumat (9/8/2024), ketiga negara yang berusaha menengahi kesepakatan tersebut, mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa perundingan tersebut dapat dilakukan di Doha atau Kairo.
Pernyataan itu muncul sebagai bagian dari upaya ketiga pemimpin negara tersebut untuk memulai kembali perundingan. Hal tersebut diupayakan di tengah meningkatnya kekhawatiran akan meluasnya konflik di kawasan tersebut yang akan melibatkan Iran setelah pembunuhan anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah.
Dalam pernyataan bersama itu disebutkan, kerangka kerja perjanjian kini sudah didiskusikan dan tinggal menyelesaikan rincian implementasinya.
“Tidak ada lagi waktu yang bisa disia-siakan atau ada alasan bagi pihak mana pun untuk menunda lebih lanjut. Ini adalah waktunya untuk melepaskan para sandera, memulai gencatan senjata, dan melaksanakan perjanjian ini,” jelas mereka.
Para pemimpin juga menawarkan untuk menyajikan proposal final untuk menjembatani penyelesaian masalah-masalah antara kedua pihak yang tersisa.
Baca Juga
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan perunding Israel akan hadir. Tujuan perundingan ini adalah untuk menyelesaikan rincian dan melaksanakan perjanjian kerangka kerja. Adapun, hingga saat ini belum ada komentar langsung dari Hamas.
Seorang pejabat senior pemerintah AS mengatakan perjanjian tersebut kemungkinan tidak akan ditandatangani minggu depan mengingat adanya masalah serius yang mencakup urutan pertukaran antara Hamas dan Israel. Perundingan ini memerlukan diskusi yang melibatkan kedua pihak tersebut.
Pejabat AS tersebut mengatakan pernyataan itu tidak dirancang untuk mempengaruhi Iran tetapi eskalasi apa pun akan membahayakan harapan tercapainya kesepakatan Israel-Hamas.
Perwakilan Iran untuk PBB sebelumnya mengatakan bahwa mereka menjalankan dua prioritas secara bersamaan.
Pertama, adalah menetapkan gencatan senjata yang bertahan lama di Gaza dan menarik mundur penjajah dari wilayah tersebut. Kedua, adalah menghukum pelaku pembunuhan mantan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran pada 31 Juli.
Adapun, Perang di Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan 1.200 orang dan 250 orang disandera di Gaza, menurut penghitungan Israel.
Setidaknya 39.699 warga Palestina telah tewas dalam kampanye militer Israel di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil.