Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah negara kompak menolak hasil Pemilu Venezuela yang menunjukkan kemenangan Nicolás Maduro terpilih kembali sebagai presiden negara itu.
Menurut pusat pemilu Venezuela, Maduro memenangkan pemilu pada Minggu (28/7/2024) dengan 51,2% suara. Perolehan itu membuatnya mengalahkan Edmundo González yang mendapat 44,2% suara.
Namun, pemimpin oposisi María Corina Machado mengatakan bahwa koalisinya menemukan González menang dengan 70% suara dari 40% suara yang telah dihitung.
Jajak pendapat oleh perusahaan Amerika Serikat (AS) Edison Research juga menunjukkan González menang dengan selisih lebih dari 30 poin, menimbulkan kecurigaan bahwa hasil pemilu telah dimanipulasi oleh pemerintahan Maduro.
“[Angkatan bersenjata Venezuela] memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa kedaulatan rakyat yang dinyatakan dalam pemungutan suara dihormati,” jelasnya kepada wartawan, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (29/7/2024).
González yang mengandalkan sekitar 30.000 saksi sukarelawan di tempat pemungutan suara, meminta pendukungnya untuk tidak melakukan protes dan menunggu instruksi selanjutnya.
Baca Juga
Di sisi lain, terdapat jeda beberapa jam antara penutupan pemungutan suara dan pengumuman resmi, sehingga menarik perhatian internasional pada Minggu malam (28/7/2024).
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken di Tokyo mengungkapkan bahwa AS menyatakan kekhawatiran serius bahwa hasil yang diumumkan tidak mencerminkan kehendak rakyat Venezuela.
Presiden Chili Gabriel Boric menyebut hasilnya sulit dipercaya dan mengatakan negaranya tidak akan mengakui hasil yang tidak dapat diverifikasi. Sebaliknya, Kuba dan Nikaragua mengucapkan selamat kepada Maduro atas kemenangannya.
AS, Argentina, dan Kolombia termasuk di antara 11 negara Amerika yang meminta Maduro memastikan hasilnya mencerminkan kehendak rakyat. Menteri Luar Negeri Peru mengutuk apa yang disebutnya niat curang oleh pemerintah Venezuela.
"Rezim Maduro telah memilih untuk mengumumkan hasil yang bertentangan dengan semua jajak pendapat dan indikasi awal kemenangan oposisi, yang menunjukkan niat mereka untuk tetap berkuasa," pungkas direktur Program Amerika di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, Ryan Berg.
Saat hasil diumumkan, kerumunan di depan Istana Presiden Miraflores memberikan tepuk tangan meriah. Kembang api terdengar di seluruh kota, bersama dengan orang-orang yang memukul panci dan wajan sebagai bentuk protes yang populer di Amerika Latin.
Maduro akan menghadapi tantangan untuk melegitimasi hasil pemilu kepada rakyatnya dan dunia, mengingat sejarah pemerintahannya yang represif dan pemilu yang curang.