Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Iran Tewas, Siapa Calon Pengganti Ayatollah Ali Khameini?

Kandidat calon pengganti Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khameini dipertanyakan usai tewasnya Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Pemimpin Besar Iran Ayatollah Khamenei./Biografi Khamenei
Pemimpin Besar Iran Ayatollah Khamenei./Biografi Khamenei

Bisnis.com, JAKARTA - Kematian Presiden Iran Ebrahim Raisi akibat kecelakaan helikopter membuat suksesi untuk mencari Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran Ayatollah Ali Khamenei menjadi terganggu.

Pasalnya, kematian Presiden Iran secara mendadak akan memicu persaingan yang terjadi di dalam kubunya untuk memperebutkan kekuasaan dan mengambil alih Republik Islam yang kini dipimpin Ayatollah Ali Khamenei. 

Raisi, 63 tahun, menjadi anak didik Khamenei yang naik jabatan dalam teokrasi Iran dan dikenal secara luas sebagai kandidat utama untuk menggantikan Pemimpin Tertinggi Iran yang kini berusia 85 tahun.

Jabatan kepresidenan yang dicapai Raisi merupakan bagian konsolidasi yang dilakukan oleh kelompok garis keras untuk menopang pilar-pilar Republik Islam. Hal itu dilakukan untuk melawan risiko yang disebabkan karena perbedaan pendapat yang muncul dari dalam negeri atau musuh-musuh di wilayah yang bergejolak.

Seperti diketahui, Khamenei sebagai Pemimpin Tertinggi adalah pemegang kekuasaan tertinggi di Iran. Dia berperan sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata dan penentu arah kebijakan luar negeri, ditentukan berdasarkan konfrontasi dengan Amerika Serikat (AS) dan Israel.

Ayatollah Ali Khamenei, selaku Presiden Iran sebelumnya dan sekarang menjadi Pemimpin Tertinggi di Iran, memberikan dukungan kuat untuk Raisi.

Pengamat politik menyampaikan Raisi adalah salah satu dari dua nama yang sering disebut, nama lainnya adalah Mojtaba, putra kedua Khameini, diyakini mempunyai pengaruh di balik layar.

Profesor Studi Timur Tengah dan Hubungan Internasional di John Hopkins School of Advanced International Studies Vali Nasr menyampaikan Raisi didukung oleh kelompok yang menginginkan dirinya menjadi Pemimpin Tertinggi Iran.

Menurutnya, kelompok tersebut tidak memiliki calon sehingga akan membuka peluang bagi tokoh lain untuk maju sebagai pesaing yang serius.

“Sekarang mereka tidak punya calon, dan itu membuka pintu bagi faksi lain atau tokoh lain untuk muncul sebagai pesaing yang serius,” ujarnya, dikutip dari Reuters, Rabu (22/5/2024).

Presiden Iran Ebrahim Raisi
Presiden Iran Ebrahim Raisi

Calon Pengganti Raisi 

Raisi merupakan seorang ulama syiah tingkat menengah, jabatan Presiden Iran yang dicapainya menjadi sarana untuk meraih posisi sebagai Pemimpin Tertinggi negara tersebut.

“Saat ini, tidak ada kandidat lain yang memiliki platform seperti itu dan itulah sebabnya pemilihan Presiden Iran, bagaimana pun perkembangannya, akan menjadi penentu pertama mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya,” ujar Nasr.

Kata dua orang dalam Iran, Raisi memiliki pandangan yang sama dengan Khameini, yakni menerapkan kebijakan guna memperkuat kekuasaan ulama, mengambil tindakan terhadap lawan-lawannya, dan mengeluarkan sikap keras atas isu-isu mengenai kebijakan luar negeri, seperti perundingan nuklir dengan Washington.

Kritikus menilai hal ini merupakan krisis legitimasi bagi elit ulama di tengah meningkatnya perjuangan ekonomi dan perbedaan pendapat di antara warga Iran yang mengalami kekesalan akibat pembatasan sosial dan politik.

Hal ini menimbulkan protes yang dilakukan warga Iran selama berbulan-bulan karena disebabkan kematian seorang wanita muda yang ditangkap oleh polisi moral di tahun 2022. Keraguan pun muncul atas pencalonan Mojtaba walaupun namanya sering disebut-disebut.

Sumber Iran yang dekat dengan kantor Khamenei menjelaskan Khameini mengisyaratkan untuk menolak putranya untuk pencalonan Pemimpin Tertinggi di Iran karena akan membuat kemunduran pada sistem pemerintahan yang turun-temurun di negara tempat monarki dukungan AS digulingkan pada tahun 1979.

Menurut sumber regional yang mengetahui pemikiran di Teheran menjelaskan penolakan Khamenei terhadap sistem pemerintahan yang turun-temurun akan membuat Mojtaba dan Ali Khomeini, cucu pendiri Republik Islam yang berbasis di Najaf, Irak, tersingkirkan.

Seorang mantan pejabat Iran menyampaikan aktor-aktor berpengaruh di Qom seperti Garda Revolusi dan ulama diharapkan mampu meningkatkan upaya dalam membentuk proses pemilihan Pemimpin Tertinggi selanjutnya.

Dia menambahkan kematian Raisi merupakan pukulan bagi kelompok tersebut sehingga tidak ada kandidat lain.

“Kematian Raisi merupakan pukulan bagi kelompok mapan yang saat ini tidak memiliki kandidat lain,” ujar pejabat tersebut, dikutip dari Reuters.

Dia juga menyampaikan meski Raisi dipersiapkan untuk menggantikan Khamenei tetapi tidak tahu pasti niat dari Khamenei.

Sementara itu, jabatan sebagai Pemimpin Tertinggi Iran ditunjuk oleh Majelis Ahli, merupakan lembaga ulama yang berisi 88 orang untuk mengawasi dan memecat Pemimpin Tertinggi.

Walaupun Majelis Ahli dipilih melalui Pemilihan Umum (Pemilu), badan pengawas lainnya terdiri dari ulama dan ahli hukum bersekutu dengan Khamenei sehingga mempunyai kekuasaan dalam memveto undang-undang dan memutuskan orang yang boleh mencalonkan diri.

Terdapat dua sumber yang mengatakan terkait hal ini bahwa Majelis Ahli telah mencabut nama Raisi dari daftar calon pengganti Pemimpin Tertinggi karena popularitasnya yang menurun, mencerminkan kesulitan ekonomi akibat sanksi AS dan salah mengurus negara. 

Sumber satunya menyampaikan terdapat lobi yang intensif dilakukan oleh ulama untuk mengembalikan nama Raisi ke dalam daftar pencalonan tersebut.

Direktur proyek Iran di International Crisis Group Ali Vaez mengungkapkan hanya terdapat segelintir orang di kalangan petinggi yang tahu seberapa besar narasi Raisi sebagai pewaris mempunyai dasar dalam kenyataan.

“Tetapi jika memang ini rencananya, kematian Raisi menimbulkan ketidakpastian besar dalam suksesi,” ujarnya.

Direktur Program Iran di Institut Timur Tengah di Washington, Alex Vatanka menyampaikan banyak yang menilai peran Khamenei memperkenalkan Raisi menjadi penanda bahwa ia ingin digantikan olehnya.

Dia juga menambahkan kematian Raisi dapat mengakibatkan pertikaian secara internal dalam rezim yang tidak seperti terlihat sejak awal tahun 1980-an. (Ahmadi Yahya)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper