Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UNRWA: 150.000 Wanita Hamil di Jalur Gaza Hadapi Sanitasi Buruk dan Bahaya Kesehatan

UNRWA menerangkan bahwa lebih dari 150.000 wanita hamil menghadapi kondisi sanitasi buruk dan bahaya kesehatan.
Para pekerja memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh dalam serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 21 April 2024./Reuters
Para pekerja memindahkan jenazah warga Palestina yang terbunuh dalam serangan militer Israel dan dimakamkan di rumah sakit Nasser, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 21 April 2024./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan bahwa lebih dari 150.000 wanita hamil menghadapi kondisi sanitasi yang buruk dan bahaya kesehatan di tengah krisis di Gaza. 

Agresi Israel masih terus berlangsung di Jalur Gaza dan pemindahan paksa penduduk Palestina diberlakukan oleh Israel terhadap warga sipil di Rafah. 

“Tidak ada anak di dunia yang menderita seperti ini. Kami membutuhkan gencatan senjata sekarang,” kata UNRWA, dalam pernyataan resmi, dilansir WAFA, Selasa (14/5/2024). 

Badan Bantuan PBB tersebut memperingatkan bahwa tingkat keputusasaan baru sedang terjadi di Gaza di bawah pengawasan dunia.

Menurut UNICEF, 95% perempuan hamil dan menyusui menghadapi kemiskinan pangan yang parah di Jalur Gaza yang dilanda perang.

Dana Kependudukan PBB baru-baru ini melaporkan bahwa 62 paket bantuan berisi bahan-bahan untuk melahirkan masih menunggu izin untuk bisa masuk melalui penyeberangan Rafah.

Adapun UNRWA mengatakan bahwa klaim Israel terdapat daerah aman di Gaza adalah salah dan menyesatkan.

Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan keprihatinannya atas pengungsian warga Palestina dan mencatat bahwa tidak ada daerah aman di Gaza.

Dia mengatakan bahwa pihak berwenang Israel terus mengeluarkan perintah pengungsian paksa yang juga dikenal sebagai perintah evakuasi. Hal ini memaksa orang-orang di Rafah untuk mengungsi ke manapun. 

“Sejak perang dimulai, sebagian besar orang di Gaza telah berpindah beberapa kali, rata-rata sebulan sekali. Mereka mati-matian mencari keselamatan yang tidak pernah mereka temukan," ujarnya. 

Seperti diketahui, jumlah korban tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 35.091 orang, dan lebih dari 78.827 orang terluka, sejak konflik pecah 7 Oktober 2023.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper