Bisnis.com, JAKARTA - Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan bahwa lebih dari 150.000 wanita hamil menghadapi kondisi sanitasi yang buruk dan bahaya kesehatan di tengah krisis di Gaza.
Agresi Israel masih terus berlangsung di Jalur Gaza dan pemindahan paksa penduduk Palestina diberlakukan oleh Israel terhadap warga sipil di Rafah.
“Tidak ada anak di dunia yang menderita seperti ini. Kami membutuhkan gencatan senjata sekarang,” kata UNRWA, dalam pernyataan resmi, dilansir WAFA, Selasa (14/5/2024).
Badan Bantuan PBB tersebut memperingatkan bahwa tingkat keputusasaan baru sedang terjadi di Gaza di bawah pengawasan dunia.
Menurut UNICEF, 95% perempuan hamil dan menyusui menghadapi kemiskinan pangan yang parah di Jalur Gaza yang dilanda perang.
Dana Kependudukan PBB baru-baru ini melaporkan bahwa 62 paket bantuan berisi bahan-bahan untuk melahirkan masih menunggu izin untuk bisa masuk melalui penyeberangan Rafah.
Baca Juga
Adapun UNRWA mengatakan bahwa klaim Israel terdapat daerah aman di Gaza adalah salah dan menyesatkan.
Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menyatakan keprihatinannya atas pengungsian warga Palestina dan mencatat bahwa tidak ada daerah aman di Gaza.
Dia mengatakan bahwa pihak berwenang Israel terus mengeluarkan perintah pengungsian paksa yang juga dikenal sebagai perintah evakuasi. Hal ini memaksa orang-orang di Rafah untuk mengungsi ke manapun.
“Sejak perang dimulai, sebagian besar orang di Gaza telah berpindah beberapa kali, rata-rata sebulan sekali. Mereka mati-matian mencari keselamatan yang tidak pernah mereka temukan," ujarnya.
Seperti diketahui, jumlah korban tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 35.091 orang, dan lebih dari 78.827 orang terluka, sejak konflik pecah 7 Oktober 2023.