Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) geram lantaran banyak lahan sawah yang dikonversi menjadi properti. Padahal tanah tersebut ingin dipertahankan pemerintah sebagai pusat produksi pangan.
"Misal pusat mau tingkatkan produksi pangan, daerah malah konversi sawah jadi properti, nggak sinkron namanya," ujarnya Jokowi di Acara Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2024 di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC), Senin (6/5/2024).
Tak hanya itu, Jokowi pun turut menyentil banyaknya anggaran yang seringkali tidak tepat sasaran dalam peruntungannya. Apalagi, sebelumnya dia melanjutkan bahwa anggaran kebanyakan digunakan untuk kebutuhan rapat.
Lebih lanjut, Kepala Negara juga menyoroti anggaran untuk program penurunan angka stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dipakai sesuai alokasi yang dimaksudkan.
“Jangan sampai ada saya liat anggaran untuk stunting utk puskesmas, diberikan ke puskesmas jadinya pagar puskesmas, ada jangan bilang gak ada, ada [contoh kasusnya]. Padahal enggak ada hubungannya stunting sama [membuat] pagar,” tuturnya.
Jumlah Petani Menurun
Kendati mendapat sorotan langsung dari kepala negara, namun sektor pertanian tidak lagi menjadi tumpuan bagi masyarakat Indonesia.
Baca Juga
Padahal, sektor itu terkait langsung dengan ketahanan pangan. Apalagi Indonesia saat ini berstatus sebagai negara pengimpor bahan pangan baik itu beras atau bentuk komoditas pangan lainnya.
Data Badan Pusat Statistik mencatat Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai impor serealia meningkat pada Maret 2024. Impor komoditas serealia yang meningkat antara lain beras, gandum, dan jagung. Totalnya dari sisi nilai yaitu sebesar US$182,2 juta dan volumenya meningkat 491.100 ton.
Di sisi lain, BPS mencatat pada kuartal 1/2024, kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto mencapai 11,61%. Jumlah ini turun dibandingkan dengan kuartal 1/2023 yang hanya di angka 11,78%.
Meski mengalami penurunan, sektor pertanian masih berkontribusi cukup besar dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Kontribusi sektor pertanian ke PDB hanya di bawah industri pengolahan (19,28%) dan perdagangan (13,15%)
Adapun selain konversi lahan menjadi properti seperti yang diungkapkan oleh Jokowi, masalah lain yang menjadi tantangan bagi sektor pertanian adalah ketersediaan tenaga kerja alias petani.
BPS melaporkan bahwa persentase jumlah pekerja di sektor pertanian terus mengalami penyusutan selama beberapa tahun terakhir dari 29,96% pada Februari 2022, menjadi 29,36% pada tahun berikutnya, pada Februari 2024 turun menjadi 28,64%.
Menariknya penurunan pekerja di sektor pertanian itu tidak sejalan dengan jumlah pekerja di sektor industri pengolahan. Pada Februari 2022 misalnya jumlah pekerja di sektor itu mencapai 13,77%, kemudian turun menjadi 13,58% (Februari 2023), dan 13,28 (Februari 2024).
Angka ini menunjukkan bahwa penurunan persentase pekerja di sektor pertanian tidak serta merta dikonversi ke sektor manufaktur.