Bisnis.com, JAKARTA — Serangan Iran terhadap Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam menjadi sorotan dunia. Pasalnya, serangan Iran ke wilayah Israel tersebut dapat tereskalasi menjadi konflik global dengan ancaman pemanfaatan senjata nuklir.
Tak sedikit pihak yang menilai bahwa kemungkinan terjadinya perang dunia ketiga kian terbuka setelah serangan dengan menggunakan pesawat nirawak atau drone dan rudal itu dilancarkan.
Israel yang dikabarkan tengah mempersiapkan serangan balasan ke Iran, selama ini mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat dan negara sekutunya.
Di sisi lain, Iran yang mengeklaim aksi tersebut sebagai aksi balasan atas serangan Israel ke kedubesnya di Syria, pun tidak berdiri sendiri. Rusia, China dan Korea Utara setidaknya sudah memberi jaminan untuk membantu bila AS terlibat dalam konflik tersebut.
Dengan kata lain, eskalasi konflik Iran-Israel sangat berpotensi untuk membuka babak baru perang global alias perang dunia III. Apalagi, konflik kedua negara Timur Tengah ini bukan menjadi pemicu tunggal konflik global.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan negara-negara Barat bahwa konflik langsung antara Rusia dan aliansi militer NATO akan membuat perang dunia ketiga selangkah lagi terjadi. Risiko perang nuklir pun terbuka.
Baca Juga
Dilansir Reuters, Putin telah sering memperingatkan risiko perang nuklir, tetapi mengatakan dia tidak pernah merasa perlu menggunakan senjata nuklir di Ukraina. Saat ditanya soal risiko konflik antara Rusia dan NATO, Putin menyatakan bahwa segalanya mungkin terjadi di dunia modern ini.
"Jelas bagi semua orang, bahwa ini akan menjadi satu langkah lagi dari perang dunia ketiga yang berskala penuh. Saya pikir hampir tidak ada orang yang tertarik dengan hal ini," kata Putin, Senin (18/3/2024).
KEKUATAN NUKLIR GLOBAL
Potensi pemanfaatan nuklir pada konflik global memang terbuka. Sebab, negara-negara seperti AS, Inggris, Rusia, China dan Korea Utara merupakan negara-negara utama dengan kekuatan nuklir terdepan di dunia.
Berdasarkan data dari Federation of American Scientist (FAS), berjudul Status of World Nuclear Forces 2024, Rusia memang masih menjadi kampiun dalam hal total pasokan hulu ledak nuklir. Moskwa unggul tipis dari total persediaan hulu ledak nuklir dari Amerika Serikat.
China berada pada urutan ketiga dengan total persediaan hulu ledak nuklir. Selanjutnya, ada Prancis, Inggris Raya, Pakistan, India, Israel dan Korea Selatan yang ada dalam daftar tersebut.
Adapun, FAS menjelaskan bahwa angka dalam data tersebut hanyalah perkiraan ihwal pasokan hulu ledak nuklir setiap negara. Pasalnya, jumlah pasti hulu ledak nuklir merupakan rahasia setiap negara.
Berikut perincian data FAS mengenai negara dengan pasokan nuklir dominan di dunia:
Negara |
Hulu Ledak Belum Dikerahkan (Undpeloyed Warhead) |
Persediaan Militer (Military Stockpile) |
Total Persediaan (Total Inventory) |
Rusia | 2.670 | 4.380 | 5.580 |
Amerika Serikat | 1.938 | 3.708 | 5.044 |
China | 500 | 500 | 500 |
Prancis | 10 | 290 | 290 |
Inggris Raya | 105 | 225 | 225 |
Pakistan | 170 | 170 | 170 |
India | 170 | 170 | 170 |
Israel | 90 | 90 | 90 |
Korea Utara | 50 | 50 | 50 |
TOTAL | 3.780 | 100 | 5.703 |
Tak hanya unggul dalam jumlah, Presiden Putin mengeklaim bahwa Rusia memiliki teknologi nuklir paling canggih. Oleh karena itu, Putin mengatakan negaranya siap untuk perang nuklir.
“Dari segi teknis militer, kami tentu saja siap. Mereka [pasukan Rusia] selalu berada dalam kondisi siap tempur,” kata Putin saat wawancara dengan saluran TV pemerintah Rossiya-1, seperti dilansir Antara, Rabu (13/3/2024).
Putin percaya diri bahwa triad nuklir Rusia yaitu moda darat, laut, dan udara, lebih modern dibandingkan negara lain. Menurutnya, hanya Moskow dan Washington yang memiliki triad tersebut.
"Kami telah banyak membuat kemajuan disini. Milik kami lebih modern, dengan semua komponen nuklir. Secara umum, dalam hal operator dan biaya, kami memiliki persamaan, tetapi kami lebih modern,” kata Putin lebih lanjut.
Saat itu, Putin mengetahui bahwa AS memiliki rencana untuk meningkatkan modernitas triad nuklirnya. Namun, Putin juga mengakui bahwa rencana itu tidak berarti bahwa Washington siap memulai perang nuklir dalam waktu dekat.