Bisnis.com, JAKARTA — Ukraina mengutuk serangan Iran terhadap Israel pada Sabtu (13/4/2024) malam.
Hal itu diungkapkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melalui akun X (sebelumnya Twitter), Minggu (14/4/2024) malam. Melalui unggahan narasinya, Zelensky menegaskan Ukraina mengutuk penggunaan pesawat nirawak atau drone dan rudal ‘Shahed’ dalam serangan langsung pertama Iran ke wilayah Israel tersebut.
Menurutnya, serangan Iran menggunakan senjata yang digunakan Rusia saat menginvasi wilayah Ukraina. Pun Iran menggunakan taktik serangan udara serupa dengan Rusia.
“Kami di Ukraina tahu betul kengerian serangan serupa yang dilakukan Rusia, yang menggunakan drone ‘Shahed’ dan rudal Rusia yang sama, taktik serangan udara massal yang sama,” ungkapnya.
Zelensky menilai segala upaya harus dilakukan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dari konflik di Timur Tengah. Dia kembali membandingkan langkah Iran dengan Rusia yang dinilainya sebagai ancaman bagi seluruh dunia.
Untuk itu dia meminta respons tegas dari seluruh dunia terhadap aksi kedua negara tersebut.
Baca Juga
“Hanya persatuan dan keteguhan kita yang dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah penyebaran teror ke seluruh dunia,” tegasnya.
Ukraine condemns Iran’s attack on Israel using “Shahed” drones and missiles. We in Ukraine know very well the horror of similar attacks by Russia, which uses the same “Shahed” drones and Russian missiles, the same tactics of mass air strikes.
— Volodymyr Zelenskyy / Володимир Зеленський (@ZelenskyyUa) April 14, 2024
Every effort must be made to prevent…
Bahkan, Zelensky mendesak bantuan nyata dari seluruh dunia untuk mengatasi konflik tersebut dibandingkan menunggu diskusi berlarut-larut.
“Kata-kata tidak dapat menghentikan drone atau mencegat rudal. Hanya bantuan nyata yang dapat membantu. Bantuan yang kami nantikan. Kita harus memperkuat keamanan dan dengan tegas melawan siapa pun yang ingin menjadikan teror sebagai hal yang normal,” ungkapnya.
Zelensky pun secara spesifik mendorong Kongres Amerika Serikat untuk mengambil keputusan yang diperlukan untuk memperkuat sekutunya, Israel, pada saat kritis tersebut.