Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa AS tidak akan mengambil bagian dalam serangan balasan terhadap Iran, sebuah opsi yang digaungkan oleh kabinet perang Netanyahu setelah serangan pesawat tak berawak dan rudal ke wilayah Israel.
Dikutip dari Reuters pada Senin (15/4/2024), Ancaman perang terbuka yang meletus antara musuh bebuyutan di Timur Tengah dan menyeret Amerika Serikat membuat kawasan ini tegang, AS menahan diri dari kekuatan-kekuatan global dan negara-negara Arab untuk menghindari eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.
"Timur Tengah sedang berada di ujung tanduk. Masyarakat di kawasan ini menghadapi bahaya nyata dari konflik skala penuh yang menghancurkan. Sekarang adalah waktunya untuk meredakan dan menurunkan eskalasi," kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB yang diadakan pada hari Minggu (14/4/2024).
Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood meminta dewan untuk secara tegas mengutuk serangan Iran. Dia mengatakan bahwa Washington akan menjajaki langkah-langkah tambahan yang belum ditentukan di PBB untuk meminta pertanggungjawaban Iran dan memperingatkan agar Iran tidak melakukan agresi lebih lanjut.
"Biar saya perjelas: jika Iran atau proksi-prokasinya mengambil tindakan terhadap Amerika Serikat atau tindakan lebih lanjut terhadap Israel, Iran akan bertanggung jawab," katanya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan bahwa meskipun AStidak mencari eskalasi, Washington akan terus mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela Israel dan personel AS, kata juru bicara Pentagon.
Baca Juga
Iran melancarkan serangan tersebut atas dugaan serangan Israel terhadap kompleks kedutaannya di Suriah pada 1 April 2024 yang menewaskan para komandan Garda Revolusi dan menyusul berbulan-bulan bentrokan antara Israel dan sekutu-sekutu regional Iran, yang dipicu oleh perang di Gaza.
Namun, serangan lebih dari 300 rudal dan pesawat tak berawak itu hanya menyebabkan kerusakan kecil di Israel. Sebagian besar rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel dan dengan bantuan dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Yordania.