Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken meyakini perundingan di Qatar bisa menghasilkan kesepakatan gencatan senjata Israel - Hamas. Namun masih ada jalan yang sulit untuk mencapai tujuan tersebut.
Blinken bertemu dengan para menteri luar negeri Arab dan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi dalam melakukan pembicaraan di Kairo mengenai gencatan senjata sekitar enam minggu, yang memungkinkan pembebasan 40 sandera Israel dengan imbalan ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
"Negosiator terus bekerja. Kesenjangan semakin menyempit, dan kami terus mendorong tercapainya kesepakatan di Doha. Masih ada pekerjaan sulit untuk mencapainya. Namun saya tetap yakin hal itu mungkin terjadi," terangnya, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (22/3/2024).
Ia menuturkan bahwa pihaknya telah berusaha menutup kesenjangan, walaupun kesenjangan tersebut masih ada. Blinken tidak bisa menentukan batas waktunya dan hanya bisa mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk melakukan berbagai kemungkinan agar kesepakatan dapat terwujud.
Hal utama dalam perundingan gencatan senjata adalah Hamas mengatakan bahwa pihaknya akan membebaskan sandera, hanya sebagai bagian dari kesepakatan yang akan mengakhiri perang. Sedangkan Israel hanya menuturkan bahwa pihaknya hanya akan membahas jeda sementara.
Adapun, diketahui terdapat pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa kepala mata-mata Israel David Barnea akan melakukan perjalanan ke Qatar pada Jumat (22/3) untuk bertemu mediator.
Baca Juga
Untuk situasi terkini, diketahui bahwa Israel melanjutkan serangannya terhadap rumah sakit Al Shifa , satu-satunya fasilitas medis yang berfungsi sebagian di bagian utara Jalur Gaza. Seorang juru bicara militer Israel mengatakan orang-orang bersenjata Hamas dan Jihad Islam bersembunyi di gedung tersebut dan memperkirakan serangan tentara akan berlanjut selama beberapa hari lagi.
Hamas kemudian membantah hal tersebut dan mengatakan bahwa orang-orang yang tewas adalah pasien yang terluka dan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan bahwa wilayah tersebut dilanda kelaparan yang semakin meningkat, dengan perang selama lima bulan telah menyebabkan kekurangan pangan yang parah.
Menurutnya, dengan membuka lebih banyak penyeberangan perbatasan bagi truk-truk yang membawa bantuan dapat mencegah kelaparan di Gaza.
Selain itu, Warga Palestina di Gaza juga dilaporkan putus asa dalam menjalankan Ramadan, menimbang sanak saudaranya yang telah meninggal dunia dan dilanda kekurangan makanan yang cukup.
"Tidak ada makanan atau air, tidak ada apa-apa. Semua sepupu saya meninggal, tidak ada yang tersisa. Kami biasa berkumpul selama Ramadhan, bersama paman saya," jelas Basel al-Soueidi, yang berlindung di kamp pengungsi Jabalia.