Bisnis.com, JAKARTA – Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) akan menggelar voting mengenai gencatan senjata di Gaza, Palestina dalam beberapa hari ke depan.
Dilansir dari Reuters, Minggu (18/2/2024), pemungutan suara ini akan dilakukan badan beranggotakan 15 negara itu sebagai tanggapan atas desakan Aljazair yang mengajukan resolusi gencatan senjata sejak sekitar 2 minggu lalu.
Menurut para diplomat, perwakilan Aljazair telah meminta kepada DK PBB agar voting mengenai gencatan senjata itu dapat digelar pada Selasa (20/2/2024) depan.
Agar dapat diadopsi, resolusi DK PBB memerlukan setidaknya sembilan suara setuju serta tidak ada veto dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, China, atau Rusia selaku anggota tetap DK PBB.
Namun, AS telah berancang-ancang untuk kembali menggunakan hak veto dalam resolusi gencatan senjata tersebut. Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield justru mengatakan bahwa resolusi tersebut dapat mengganggu perundingan yang dilakukan pihaknya dengan berbagai negara lain soal solusi perang di Gaza.
“Amerika Serikat tidak mendukung tindakan terhadap rancangan resolusi ini. Jika resolusi tersebut dihasilkan melalui pemungutan suara sebagaimana dirancang, maka resolusi tersebut tidak akan diadopsi,” kata Thomas-Greenfield dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga
Adapun, perundingan antara AS, Mesir, Israel, dan Qatar sedang berlangsung terkait jeda perang dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
AS telah dua kali memveto resolusi terkait Gaza di DK PBB sejak 7 Oktober lalu. Negeri pimpinan Presiden Joe Biden ini kerap kali melindungi Israel dari tindakan yang akan diambil PBB.
“Sangat penting bagi pihak-pihak lain untuk memberikan kesempatan terbaik bagi keberhasilan proses [perundingan] ini, daripada memaksakan tindakan yang justru menempatkannya dalam bahaya,” sambung Thomas-Greenfield.
Adapun, perang di Gaza kembali meletus usai Hamas memberikan serangan kejutan kepada Israel pada 7 Oktober lalu. Pemerintah Israel mengeklaim sebanyak 1.200 orang tewas akibat serangan tersebut.
Sebagai balasan, Israel melakukan serangan besar-besaran yang juga menargetkan warga sipil dan anak-anak. Hingga hari ini, otoritas kesehatan Palestina menyatakan bahwa lebih dari 28.000 orang telah terbunuh akibat serangan Israel.
Selain infrastruktur yang luluh lantak akibat serangan Israel, sebanyak 2 juta penduduk Gaza juga terpaksa mengungsi dari tempat tinggal mereka.
“Situasi di Gaza merupakan bukti mengerikan atas kebuntuan hubungan global,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam Konferensi Keamanan Munich pada Jumat (18/2/2024).