Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Klarifikasi Istana Soal Pernyataan Jokowi: Presiden Boleh Kampanye

Istana Kepresidenan menyayangkan banyak yang salah tafsir terkait dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait presiden hingga menteri boleh kampanye
Jokowi saat membuka Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia di Universitas Negeri Surabaya, Senin (15/1/2023). (ANTARA/Tangkapan layar Youtube Unesa)
Jokowi saat membuka Konvensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia di Universitas Negeri Surabaya, Senin (15/1/2023). (ANTARA/Tangkapan layar Youtube Unesa)

Bisnis.com, JAKARTA – Istana Kepresidenan menyayangkan banyak yang salah tafsir terkait dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait presiden hingga menteri boleh kampanye dan memihak.

Koordinator Stafsus Presiden Ari Dwipayana mengatakan bahwa secara tegas Jokowi telah mengatakan bahwa berbicara itu dalam konteks menjawab pertanyaan media. Namun, dalam praktiknya orang nomor satu di Indonesia itu hanya menjelaskan mekanisme aturan pemilu.

"Pernyataan Bapak Presiden di Halim, telah banyak disalahartikan. Apa yang disampaikan oleh Presiden dalam konteks menjawab pertanyaan media tentang Menteri yang ikut tim sukses," katanya kepada wartawan lewat pesan teks, Kamis (25/1/2024).

Ari menjelaskan bahwa Jokowi hanya menjabarkan atuaran dalam pasal 281, UU no. 7 tahun 2017 tentang Pemilu, bahwa Kampanye Pemilu boleh mengikutsertakan Presiden, Wakil Presiden, Menteri, dan juga Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Sehingga, dia menilai  bahwa Jokowi tidak pernah menyatakan akan melakukan kampanye atau memihak melainkan hanya menyampaikan aturan main dalam berdemokrasi bagi Menteri maupun Presiden.

Ari mengatakan undang-undang memang sebenarnya menjamin hak preferensi politik presiden. Dengan mengikuti mekanisme dan aturan yang ada.

"Dengan diijinkannya Presiden untuk berkampanye, artinya Undang-Undang Pemilu juga menjamin hak Presiden untuk mempunyai preferensi politik pada partai atau pasangan calon tertentu sebagai peserta Pemilu yang dikampanyekan, dengan tetap mengikuti pagar-pagar yang telah diatur dalam UU," ujarnya.

Lebih lanjut apa yang disampaikan Jokowi, bukan hal yang baru. Dia menekankan hal itu sudah ada aturan yang dimuat dalam undang-undang.

Dia pun turut memberi contoh bahwa Presiden sebelumnya yang terikat dengan partai politik (parpol) seperti Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono juga ikut dalam kampanye memenangkan partai.

"Presiden-presiden sebelumnya, mulai Presiden ke 5 dan ke 6, yang juga memiliki preferensi politik yang jelas dengan partai politik yang didukungnya dan ikut berkampanye untuk memenangkan partai yang didukungnya," imbuhnya.

Oleh sebab itu, Ari melanjutkan bahwa maksud yang ingin disampaikan oleh Jokowi agar seluruhj pejabat politik harus mematuhi aturan yang berlaku jika ikut dalam kampanye.

"Selain itu Presiden juga menegaskan bahwa semua pejabat publik/pejabat politik harus berpegang pada aturan main. Kalau aturan memperbolehkan, silakan dijalankan. Kalau aturan melarang maka tidak boleh dilakukan," pungkas Ari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper