Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Pemilu Taiwan 2024, China Kembali Ancam Beri Sanksi Perdagangan

China kembali mengancam akan memberikan lebih banyak sanksi perdagangan terhadap Taiwan, menjelang pemilu yang akan dilangsungkan pada Januari 2024.
Hou Yu-ih, calon presiden Taiwan, dari partai oposisi utama Kuomintang (KMT), berpidato dalam acara kampanye menjelang pemilihan presiden, di New Taipei City, Taiwan 21 Desember 2023. REUTER/Ann Wang/ Berkas Foto
Hou Yu-ih, calon presiden Taiwan, dari partai oposisi utama Kuomintang (KMT), berpidato dalam acara kampanye menjelang pemilihan presiden, di New Taipei City, Taiwan 21 Desember 2023. REUTER/Ann Wang/ Berkas Foto

Bisnis.com, JAKARTA – China kembali mengancam akan memberikan lebih banyak sanksi perdagangan terhadap Taiwan, menjelang pemilu yang akan dilangsungkan pada Januari 2024.

Melansir CNA, pemerintah China pada Rabu (27/12/2023) mengancam akan menjatuhkan sanksi perdagangan lebih lanjut terhadap Taiwan jika partai yang berkuasa “dengan keras kepala” mendukung kemerdekaan Taiwan, mengingat wilayah tersebut diklaim China sebagai bagian dari kedaulatannya.

Taiwan telah menuduh negara pimpinan Xi Jinping itu melakukan pemaksaan ekonomi dan campur tangan pemilu, setelah China mengumumkan berakhirnya pemotongan tarif terhadap beberapa impor bahan kimia. Taiwan dianggap melanggar perjanjian perdagangan antara kedua belah pihak yang ditandatangani pada 2010.

Hal ini terjadi setelah China menyatakan bahwa Taiwan telah memasang hambatan perdagangan yang bertentangan dengan peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan perjanjian perdagangan 2010.

Chen Binhua selaku juru bicara Kantor Urusan Taiwan China, mengatakan bahwa akar permasalahan terkait perjanjian 2010 itu adalah dukungan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan terhadap kemerdekaan resmi wilayah tersebut.

“Jika otoritas DPP bertekad untuk bertahan, terus berpegang teguh pada posisi kemerdekaan Taiwan, dan menolak untuk tunduk, kami mendukung departemen terkait untuk mengambil tindakan lebih lanjut sesuai dengan peraturan,” kata Chen.

China berseteru dengan DPP dan kandidat presidennya, Lai Ching-te, yang merupakan wakil presiden petahana. China percaya bahwa mereka adalah separatis.

Lai mengatakan dia tidak berencana mengubah nama resmi pulau itu, Republik China. Namun, dia berpendapat hanya rakyat Taiwan yang bisa menentukan masa depan mereka, dan telah berulang kali menawarkan pembicaraan dengan China, meskipun ditolak.

Chen mengatakan Taiwan tengah menghadapi persimpangan jalan, dan apa pun dapat didiskusikan atas dasar penolakan terhadap kemerdekaan Taiwan.

Dia menegaskan kembali bahwa kemerdekaan Taiwan berarti perang. Namun, Chen juga menyampaikan terima kasih kepada perusahaan-perusahaan Taiwan yang telah menyumbangkan uang untuk membantu menangani dampak gempa bumi di daerah terpencil di Barat Laut China pada bulan ini, yang menewaskan 1.949 orang.

Dirinya berterima kasih tanpa menyebutkan belasungkawa yang disampaikan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen kepada China setelah bencana tersebut, maupun menyebut bantuan dari pemerintahan Tsai.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper