Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Filipina Tegur China yang Klaim Laut China Selatan

Menteri Pertahanan Filipina menegur China pada Rabu (20/12/2023) usai masalah konflik yang terjadi di Laut China Selatan.
Filipina Tegur China yang Klaim Laut China Selatan. Fregat berpeluru kendali Angkatan Laut Australia HMAS Parramatta (FFH 154) (kiri) berlayar bersama kapal serbu Amfibi Angkatan Laut AS USS America (LHA 6), kapal penjelajah berpeluru kendali kelas Ticonderoga USS Bunker Hill (CG 52) dan kapal penjelajah berpeluru kendali kelas Arleigh-Burke kapal perusak rudal USS Barry (DDG 52) di Laut China Selatan, 18 April 2020. /Handout via REUTERS
Filipina Tegur China yang Klaim Laut China Selatan. Fregat berpeluru kendali Angkatan Laut Australia HMAS Parramatta (FFH 154) (kiri) berlayar bersama kapal serbu Amfibi Angkatan Laut AS USS America (LHA 6), kapal penjelajah berpeluru kendali kelas Ticonderoga USS Bunker Hill (CG 52) dan kapal penjelajah berpeluru kendali kelas Arleigh-Burke kapal perusak rudal USS Barry (DDG 52) di Laut China Selatan, 18 April 2020. /Handout via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertahanan Filipina menegur China pada Rabu (20/12/2023) usai masalah konflik yang terjadi di Laut China Selatan.

“Sebenarnya, tidak ada negara di dunia, tidak ada satu pun yang secara tegas mendukung klaim mereka atas seluruh Laut China Selatan,” kata Menteri Pertahanan, Gilberto Teodoro ketika kedua negara saling bertukar tuduhan atas tabrakan baru-baru ini di jalur perairan tersebut, dilansir dari CNA, Kamis (21/12/2023). 

China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan termasuk di zona dekat Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei yang merupakan jalur pelayaran komersial senilai lebih dari US$3 triliun setiap tahunnya.

Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum, karena keputusan yang didukung Amerika Serikat ditolak oleh Beijing.

Lebih dari seminggu yang lalu, Manila dan Beijing saling tuding mengenai tabrakan kapal mereka di Laut China Selatan. Beijing mengatakan bahwa insiden tersebut sepenuhnya disebabkan oleh Filipina.

Menyusul insiden tersebut, Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr mengatakan bahwa pergeseran paradigma diperlukan dalam cara negaranya menangani masalah China Selatan karena upaya diplomatik dengan China sedang menuju ke arah yang buruk.

Ketegangan antara Filipina dan China meningkat di bawah pemerintahan Marcos. Dia semakin mengeluhkan perilaku agresif China di saat ia berupaya menjalin hubungan yang lebih erat dengan Amerika Serikat sebagai sekutu perjanjian Manila.

Marcos mengatakan, Filipina akan terus melakukan pembicaraan dengan mitra-mitranya di kawasan Indo-Pasifik dan mengambil sikap bersama mengenai tanggung jawab mereka di Laut Filipina Barat.

Filipina menyebut bagian Laut China Selatan dalam zona ekonomi eksklusifnya sebagai Laut Filipina Barat. (Syahra Fauzia) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper