Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertahanan Filipina menegur China pada Rabu (20/12/2023) usai masalah konflik yang terjadi di Laut China Selatan.
“Sebenarnya, tidak ada negara di dunia, tidak ada satu pun yang secara tegas mendukung klaim mereka atas seluruh Laut China Selatan,” kata Menteri Pertahanan, Gilberto Teodoro ketika kedua negara saling bertukar tuduhan atas tabrakan baru-baru ini di jalur perairan tersebut, dilansir dari CNA, Kamis (21/12/2023).
China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan termasuk di zona dekat Filipina, Vietnam, Indonesia, Malaysia, dan Brunei yang merupakan jalur pelayaran komersial senilai lebih dari US$3 triliun setiap tahunnya.
Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 mengatakan klaim China tidak memiliki dasar hukum, karena keputusan yang didukung Amerika Serikat ditolak oleh Beijing.
Lebih dari seminggu yang lalu, Manila dan Beijing saling tuding mengenai tabrakan kapal mereka di Laut China Selatan. Beijing mengatakan bahwa insiden tersebut sepenuhnya disebabkan oleh Filipina.
Menyusul insiden tersebut, Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr mengatakan bahwa pergeseran paradigma diperlukan dalam cara negaranya menangani masalah China Selatan karena upaya diplomatik dengan China sedang menuju ke arah yang buruk.
Baca Juga
Ketegangan antara Filipina dan China meningkat di bawah pemerintahan Marcos. Dia semakin mengeluhkan perilaku agresif China di saat ia berupaya menjalin hubungan yang lebih erat dengan Amerika Serikat sebagai sekutu perjanjian Manila.
Marcos mengatakan, Filipina akan terus melakukan pembicaraan dengan mitra-mitranya di kawasan Indo-Pasifik dan mengambil sikap bersama mengenai tanggung jawab mereka di Laut Filipina Barat.
Filipina menyebut bagian Laut China Selatan dalam zona ekonomi eksklusifnya sebagai Laut Filipina Barat. (Syahra Fauzia)