Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih banyak warga Gaza yang akan meninggal karena penyakit dibandingkan akibat pemboman dan banyak di antara mereka yang tidak memiliki akses terhadap obat-obatan, vaksin, air bersih dan kebersihan, serta tidak memiliki makanan.
Lebih dari dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza telah kehilangan rumah akibat pemboman Israel, dan ribuan keluarga tidur nyenyak di tempat penampungan sementara hanya dengan barang-barang yang bisa dibawa. Mereka sangat kekurangan makanan, bahan bakar, dan air bersih.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa saat ini di Gaza sedang menghadapi situasi kemanusiaan yang dramatis.
"Pada saat yang sama, kami ingin pembebasan penuh seluruh sandera, yang kami yakini harus dilakukan tanpa syarat dan segera. Namun kami memerlukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza sekarang," katanya.
Gencatan senjata sementara telah memungkinkan sekitar 800 truk bantuan memasuki Gaza, dan pesawat pertama dari tiga pesawat AS yang membawa pasokan kemanusiaan untuk Gaza mendarat di Mesir pada Selasa (28/11/2023).
Kepala Bntuan PBB Martin Griffiths akan melakukan perjalanan ke Ibu Kota Yordania, Amman, untuk membahas pembukaan penyeberangan Kerem Shalom untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza dari Israel.
Baca Juga
Terletak di persimpangan Israel, Jalur Gaza dan Mesir, penyeberangan Kerem Shalom mengangkut lebih dari 60% bantuan masuk ke Gaza sebelum konflik saat ini.
Bantuan untuk Gaza kini datang melalui penyeberangan Rafah di perbatasan Mesir, yang dirancang untuk penyeberangan pejalan kaki dan bukan truk.
“Kami tahu bahwa lebih banyak bantuan kemanusiaan harus diberikan di Gaza. Kami tahu bagaimana kami dapat meningkatkannya, namun ada kendala di luar kendali kami,” kata Griffiths pada pengarahan negara-negara anggota PBB di Jenewa.
Ketika perang kembali terjadi, Israel menyatakan pihaknya bermaksud untuk melanjutkan serangannya dari bagian utara Gaza ke Selatan.