Bisnis.com, SOLO - Prof Quraish Shihab turut menyoroti isu liar yang menyebut ada ratusan produk Israel yang diboikot.
Seperti diketahui, belakangan muncul isu liar di internet jika masyarakat Indonesia dan umat muslim di seluruh dunia harus memboikot berbagai produk Israel atau yang berhubungan dengan bangsa tersebut.
Tak tanggung-tanggung, di media sosial muncul banyak sekali list produk yang disebut-sebut berafiliasi dengan Israel, meski belum dapat sepenuhnya dibuktikan kebenarannya.
Media internasional, South China Morning Post, bahkan turut menyoroti hal ini.
"Daftar boikot tersebut telah beredar di Facebook dan TikTok Indonesia selama berminggu-minggu, menyebutkan 121 merek yang diklaim berafiliasi dengan Israel," bunyi keterangan di SCMP.
Sementara itu, dalam keterangannya, MUI menyebut bahwa fatwa terbaru itu merupakan imbauan MUI untuk menghindari segala bentuk dukungan agresi Israel ke Palestina yakni dengan mengajak seluruh perusahaan bersertifikat halal untuk berkontribusi membantu korban tragedi kemanusiaan ini di Palestina.
Baca Juga
Beberapa orang memahami fatwa MUI ini dengan melakukan boikot terhadap sejumlah produk-produk yang diduga berafiliasi dengan Israel.
Gegernya rumor ini membuat Prof Quraish Shihab turut angkat bicara. Melalui siaran YouTube, Bayt Al-Quran, Quraish Shihab mengatakan bahwa umat muslim harus berpikir.
Sebab tidak semua produk dengan nama yang terdengar mendukung Israel pada dasarnya tidak mendukung atau memberi bantuan sedikitpun kepada negara tersebut.
Quraish Shihab kemudian mengisahkan bahwa ada satu pengusaha yang curhat kepadanya tentang aksi boikot ini.
Sang pengusaha mengaku memiliki usaha yang namanya sama dengan yang memberi bantuan kepada Israel. Tapi usahanya sendiri tidak demikian.
"Pak Quraish, saya diboikot, 60 persen penjualan saya menurun. Saya itu beri gaji orang-orang Muslim. Bahan-bahan yang saya buat itu dari bahan-bahan yang ada dalam negeri, apa saya juga harus diboikot?" katanya, mengisahkan.
Inilah yang kemudian menjadi landasan Quraish Shihab meminta masyarakat berpikir. Bahkan ia mengimbau MUI menentukan mana yang perlu diboikot dan mana yang tidak.
“Bagaimana? Ini kan problem. Jadi mestinya yang kita boikot itu, saya katakan: kita harus berpikir. MUI yang mengeluarkan fatwa itu harus berpikir menentukan, ini yang kita boikot, ini tidak,” imbuh Prof Quraish.
"Kini beredar nama-nama yang harus kita boikot, tapi mungkin sebagaian tidak harus kita boikot," ujarnya.
Sebab menurut Quraish Shihab, boikot sendiri adalah salah satu hal yang perlu ditempuh sebagai tanda dukungan umat muslim pada perjuangan masyarakat Palestina.
“Tetapi boikot perlu, dan banyak yang perlu diboikot. Hanya saja kita perlu teliti, apakah (produk) ini tidak (perlu diboikot),” ujarnya.