Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Serangan Militer Israel yang Menyasar Warga Sipil Jadi Sorotan

Serangan militer Israel yang tidak pandang bulu disorot sejumlah pakar, pasalnya anak-anak dan para wanita menjadi korban.
Warga Palestina mencari korban di bawah reruntuhan pascaserangan Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza 13 Oktober 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa
Warga Palestina mencari korban di bawah reruntuhan pascaserangan Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza 13 Oktober 2023. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Bisnis.com, JAKARTA – Kematian massal warga sipil akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza kian menimbulkan pertanyaan tentang proporsionalitas tanggapan Israel, bahkan ketika negara itu mengatakan serangan tersebut menargetkan infrastruktur bawah tanah milik Hamas.

Mengutip Channel News Asia (CNA), lebih dari 9.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam pemboman balasan Israel di Gaza.

Israel membombardir Gaza dan memperketat blokade terhadap wilayah tersebut setelah serangan mendadak oleh kelompok militan Hamas yang terjadi pada Sabtu (7/10/2023). Pihak Israel mengatakan sedikitnya 1.400 warga Israel tewas dan lebih dari 200 sandera disandera dalam serangan itu.

Peneliti dari Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Singapura James M Dorsey mengatakan bahwa meskipun Israel beranggapan bahwa serangan ini tidak menargetkan warga sipil, tetapi tindakan tersebut justru terlihat tidak pandang bulu karena Israel lebih terlihat tidak peduli apakah warga sipil terbunuh atau tidak.

“Mereka sangat jelas mengenai serangan udara tersebut. Apa yang mungkin mereka lakukan adalah meratakan bangunan, terlepas dari apa bangunan tersebut berada, yang mereka yakin berada di atas terowongan. Dan mereka melakukannya tanpa mempedulikan siapa pun yang mungkin terbunuh atau tidak dalam proses tersebut,” ujarnya dikutip melalui Channel News Asia, Jumat (3/11/2023).

Dorsey melanjutkan bahwa undang-undang konflik bersenjata sebenarnya melarang penargetan sekolah, rumah sakit, tempat ibadah dan kawasan lindung lainnya.

Kepala Program Studi Keamanan Nasional di RSIS Ong Weichong pun menyebut bahwa sesungguhnya kawasan lindung akan kehilangan perlindungannya jika sengaja digunakan oleh militan Hamas untuk operasi militer mereka.

Kendati demikian, dia melanjutkan bahwa angkatan bersenjata wajib membedakan antara warga sipil dan kombatan, serta memastikan bahwa kekuatan militer digunakan secara proporsional ketika menargetkan wilayah tersebut.

“Penggunaan bom penghancur bunker untuk menghancurkan jaringan terowongan Hamas sangat menghancurkan di wilayah Gaza yang padat penduduk, bom tersebut tidak hanya menghancurkan terowongan di bawahnya, namun juga bangunan di atas jaringan terowongan,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper