Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi: Dunia Makin Diguncang Ketidakpastian, 91 Negara Alami Konflik Global

Jokowi mengaku bahwa keadaan dunia makin diguncang dengan ketidakpastian, sebab terdapat 91 negara yang sedang mengalami konflik global.
Presiden Joko Widodo berbicara dalam KTT Asean 2023 di Komodo Ballroom, Meruorah Convention Center, Labuan Bajo, Rabu (11/5/2023). Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev
Presiden Joko Widodo berbicara dalam KTT Asean 2023 di Komodo Ballroom, Meruorah Convention Center, Labuan Bajo, Rabu (11/5/2023). Foto: BPMI Setpres/Laily Rachev

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku bahwa keadaan dunia makin diguncang dengan ketidakpastian, sebab terdapat 91 negara yang sedang mengalami konflik global.

Hal ini disampaikannya saat meresmikan pembukaan Asean Intercultural and Interreligious Dialogue Conference 2023, di The Grand Ballroom Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (7/8/2023).

Orang nomor satu di Indonesia itu mengutip melalui laporan Global Peace Index 2023 yang mencatatkan bahwa konflik global makin marak, sejak 2008 terdapat 58 negara yang terlibat dlm konflik dan saat ini menjadi 91 Negara pada 2023.

“Angka kematian akibat konflik global pun meningkat menjadi 238.000 jiwa dan dampak ekonomi dampak kerugian ekonomi naik 17 persen menjadi US$17,5 triliun, setara dengan 13 persen dari GDP global, sangat besar sekali,” tuturnya dalam forum tersebut.

Jokowi melanjutkan bahwa di bidang keagamaan masyarakat dunia juga mulai makin tidak religius, yakni survei dari IPSOS Global Religion 2023 terhadap 19.731 orang dari 26 negara di dunia menunjukkan 29 persen menyatakam mereka agnostik dan atheis.

Dia melanjutkan bahwa menurut data PEW Research center atas nama agama dan kepercayaan jumlah kekerasan fisik makin meningkat. Oleh sebab itu, dia meyakini bahwa tugas Asean harus menjadi teladan toleransi dan persatuan, serta menjadi jangkar perdamaian dunia

“Saya yakin masyarakat Asean justru memiliki semangat keagamaan yang semakin meningkat. Indonesia misalnya adalah negara yang masyarakatnya paling percaya tuhan dan angkanya tertinggi di dunia,” tuturnya.

Jokowi pun mendorong agar masyarakat Asean mampu menjadi katalisator perdamaian dunia dan menjadi caring and sharing community, tidak hanya menggalakkan posisi menjadi epicentrum of growth tetapi juga menjadi epicentrum of harmony yang menjaga stabilitas kawasan dan perdamaian dunia.

Berdasarkan PEW Research Center bahwa hampir semua orang yang disurvei di Indonesia dan Filipina masing-masing 96 persen mengamini kuatnya hubungan antara kepercayaan masyarakat kepada Tuhan dan memiliki nilai-nilai yang baik. Di India sebanyak 79 persen mengatakan hal yang sama.

Namun, di Asia Timur, orang Korea Selatan agak terpecah dalam pertanyaan ini yaitu 53 persen mengatakan perlu menguatkan hubungan dengan Tuhan, sementara sebagian kecil di Jepang berada di angka 39 persen dan Australia 19 persen berpandangan bahwa dekat dengan Tuhan itu perlu, karena percaya kepada Tuhan untuk menjadi orang yang bermoral.

Sementara itu, di Uni Eropa, Yunani memiliki jumlah penduduk terbesar yang mengikat kepercayaan kepada Tuhan dengan moralitas yaitu 53 persen, diikuti oleh Bulgaria 50 persen dan Slovakia 45 persen.

Di banyak negara di benua Eropa, relatif sedikit orang yang mengatakan percaya kepada Tuhan untuk bermoral itu perlu, termasuk hanya 9 persen di Swedia, 14 persen di Republik Ceko, dan 15 persen di Prancis.

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper