Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengkritik Moskow karena menarik diri dari Black Sea Grain Initiative, menekankan bahwa ‘kelaparan’ tidak boleh dipakai sebagai senjata perang.
Pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pada 3 Agustus, Blinken mengatakan perang Rusia melawan Ukraina memicu serangan pada sistem pangan global.
"Setiap anggota dewan ini, setiap anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, harus memberi tahu Moskow: cukup. Cukup menggunakan Laut Hitam sebagai pemerasan; cukup memperlakukan orang yang paling rentan di dunia sebagai pengungkit; cukup dengan perang yang tidak dapat dibenarkan dan tidak masuk akal ini," pejabat AS itu dikatakan.
Blinken menambahkan bahwa 91 negara anggota PBB telah menandatangani komunike bersama baru berkomitmen untuk mengakhiri penggunaan kelaparan, dan makanan sebagai senjata perang.
Pada 17 Juli, Rusia menarik diri dari perjanjian biji-bijian Laut Hitam, yang ditengahi oleh Turki dan PBB pada Juli 2022, dan mulai menyerang pelabuhan Ukraina di Laut Hitam dan Sungai Danube.
Inisiatif tersebut memungkinkan Ukraina untuk terus mengekspor produk pertaniannya selama perang skala penuh Rusia dan memainkan peran penting dalam menstabilkan harga pangan di seluruh dunia.
Baca Juga
Sementara kesepakatan biji-bijian sudah ada, Ukraina mengekspor sekitar 32 juta ton makanan ke dunia, terutama negara-negara berkembang.
“Perlu diingat, inisiatif ini seharusnya tidak pernah diperlukan sejak awal. Itu hanya diperlukan karena invasi Rusia ke Ukraina dan blokade pelabuhan Ukraina,” bunyi pernyataan Blinken.
Sejak penghentian kesepakatan sepihak Rusia, harga biji-bijian telah meningkat lebih dari 8% di seluruh dunia, menurut Blinken.