Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertemuan Trump–Putin Tak Ada Deal, Ukraina Tawarkan Kontrak Senjata Jumbo ke AS

Ukraina berencana membeli senjata AS senilai US$100 miliar pasca pertemuan Trump-Putin yang tak membuahkan hasil.
Presiden AS Donald J. Trump menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan sekutu-sekutu Eropa di Gedung Putih untuk pertemuan multilateral mengenai perundingan perdamaian pada hari Senin, 18 Agustus 2025./Reuters
Presiden AS Donald J. Trump menjamu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan sekutu-sekutu Eropa di Gedung Putih untuk pertemuan multilateral mengenai perundingan perdamaian pada hari Senin, 18 Agustus 2025./Reuters
Ringkasan Berita
  • Ukraina berencana membeli senjata dari AS senilai US$100 miliar dengan dukungan pembiayaan dari Eropa sebagai bagian dari jaminan keamanan setelah kesepakatan damai dengan Rusia.
  • Pertemuan antara Trump dan Putin di Alaska tidak menghasilkan kesepakatan signifikan, mendorong Ukraina untuk mengajukan proposal kontrak senjata dan kerja sama produksi drone dengan AS.
  • Ukraina menolak konsesi teritorial kepada Rusia dan menuntut kompensasi penuh atas kerusakan perang, dengan gencatan senjata sebagai langkah awal menuju perdamaian penuh.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Ukraina berencana membeli senjata Amerika Serikat (AS) senilai US$100 miliar dengan pembiayaan dari Eropa sebagai syarat untuk memperoleh jaminan keamanan dari Washington setelah tercapainya kesepakatan damai dengan Rusia.

Rencana tersebut terungkap setelah pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska akhir pekan lalu tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Dalam sebuah dokumen yang dikutip dari Financial Times pada Selasa (19/8/2025), Kyiv dan Washington juga tengah menyiapkan kerja sama senilai US$50 miliar untuk memproduksi drone bersama perusahaan Ukraina yang sejak invasi penuh Rusia pada 2022 dikenal sebagai pelopor teknologi tersebut.

Proposal tersebut disampaikan Ukraina kepada AS dalam daftar poin pembahasan dengan para sekutu Eropa menjelang pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada Senin (18/8/2025), menurut empat sumber yang mengetahui isu ini.

Meski dokumen tidak merinci jenis senjata yang ingin dibeli, Ukraina sebelumnya menegaskan keinginannya memiliki setidaknya 10 sistem pertahanan udara Patriot buatan AS untuk melindungi kota serta infrastruktur vitalnya, selain rudal dan peralatan militer lain. Dokumen tersebut juga tidak menjelaskan porsi investasi dan pengadaan dalam kerja sama produksi drone.

Langkah Ukraina dinilai sebagai upaya untuk menarik perhatian Trump yang menekankan keuntungan bagi industri dalam negeri AS. Ketika ditanya soal bantuan militer lebih lanjut untuk Ukraina, Trump menegaskan pihaknya tidak memberikan apa-apa. Dia menuturkan, pihaknya menjual senjata.

Dokumen tersebut juga menjabarkan bagaimana Ukraina berupaya mengajukan kontra-usulan kepada AS, setelah Trump pekan lalu terlihat sejalan dengan posisi Rusia dalam penyelesaian perang usai bertemu Presiden Vladimir Putin di Alaska.

Ukraina menegaskan kembali seruan gencatan senjata yang sebelumnya didukung Trump, namun ditinggalkan setelah pertemuan dengan Putin demi mendorong penyelesaian damai yang lebih komprehensif.

Dalam pertemuan di Washington, Kanselir Jerman Friedrich Merz menegaskan kepada Trump bahwa pihak Eropa berharap AS dapat membantu mendorong gencatan senjata sebelum langkah selanjutnya ditempuh.

“Saya tidak bisa membayangkan pertemuan berikutnya berlangsung tanpa gencatan senjata. Jadi mari kita bekerja untuk itu dan menekan Rusia, karena kredibilitas upaya kita bergantung pada minimal adanya gencatan senjata,” ujarnya.

Lebih jauh, dokumen menyebut perdamaian abadi tidak boleh dibangun atas konsesi atau hadiah cuma-cuma untuk Putin, melainkan kerangka keamanan yang kuat untuk mencegah agresi di masa depan.

Ukraina menolak kemungkinan kesepakatan yang mencakup konsesi teritorial kepada Rusia dan menegaskan gencatan senjata harus menjadi langkah awal menuju kesepakatan damai penuh.

Selain itu, Kyiv juga menolak usulan Putin kepada Trump di Alaska untuk membekukan garis depan dengan syarat Ukraina menarik pasukan dari sebagian wilayah Donetsk dan Luhansk yang masih diduduki. Menurut Ukraina, langkah tersebut justru memberi celah bagi Rusia untuk melancarkan serangan cepat ke Kota Dnipro dan memungkinkan Putin mencapai tujuan agresinya dengan cara lain.

Dokumen itu juga menyatakan Ukraina menuntut kompensasi penuh dari Rusia atas kerusakan akibat perang, yang berpotensi dibayar menggunakan sekitar US$300 miliar aset negara Rusia yang saat ini dibekukan di negara-negara Barat. "Setiap pelonggaran sanksi hanya dapat dipertimbangkan jika Moskow mematuhi kesepakatan damai dan bermain secara adil," tulis dokumen tersebut.

Sebelumnya, Pertemuan tatap muka antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Anchorage, Alaska, Jumat (15/8/2025) pekan lalu tidak menghasilkan kesepakatan untuk menyelesaikan atau menghentikan perang di Ukraina, meski kedua pemimpin negara mengklaim pertemuan tersebut produktif.

Kedua pemimpin negara dalam sambutan singkat di hadapan media menyampaikan bahwa keduanya telah mencapai kemajuan dalam isu-isu yang tidak disebutkan secara spesifik.

“Ada banyak sekali poin yang kami sepakati. Saya rasa ada beberapa poin penting yang belum sepenuhnya kami capai, tetapi kami telah membuat beberapa kemajuan. Tidak ada kesepakatan sampai ada kesepakatan,” kata Trump, melansir Reuters.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro