Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Rusia Vladimir Putin terlibat pembicaraan melalui telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan guna membicarakan sejumlah masalah strategis antara kedua negara pada Rabu (3/8/2023).
Perbincangan kedua pemimpin negara itu terungkap dalam publikasi yang diterbitkan oleh laman resmi Kantor Presiden Rusia, Kremlin.ru.
Kremlin dalam siaran resminya mengungkapkan bahwa kedua pemimpin negara melanjutkan dialog tentang berbagai aspek kerja sama Rusia-Turki.
Secara khusus, Vladimir Putin menguraikan posisi Rusia terkait penghentian perjanjian "paket" tentang ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam dan pembukaan blokir pasokan makanan dan pupuk Rusia.
Putin menekankan kepada Erdogan bahwa perpanjangan perpanjangan ekspor biji-bijian lewat Laut Hitam tidak ada artinya jika tidak mempertimbangkan kepentingan Rusia. Dia menyatakan Rusia hanya akan kembali ke Perjanjian Istanbul jika Barat memenuhi kewajiban kepada mereka.
Namun demikian, Putin juga menambahkan bahwa dengan mempertimbangkan permintaan negara-negara yang paling membutuhkan makanan, Rusia sedang mengerjakan opsi untuk memasok biji-bijian, termasuk yang gratis.
Baca Juga
"Masalah ini secara substansial dibahas pada KTT Rusia-Afrika kedua yang diadakan baru-baru ini di St Petersburg. Sikap terhadap kerja sama di bidang ini dengan Turki dan negara-negara lain yang berkepentingan diungkapkan," tulis laman resmi Presiden Rusia, dikutip Kamis (3/8/2023).
Selain masalah kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam, Putin dan Erdogan membicarakan pengembangan hubungan perdagangan dan ekonomi, implementasi proyek strategis bersama di sektor energi, dan kerja sama di industri pariwisata.
"Kedua belah pihak menyatakan puas dengan pertumbuhan perdagangan yang stabil, yang hampir dua kali lipat pada akhir tahun 2022."
Serangan Rusia
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengutuk serangan drone Rusia di pelabuhan Izmail di Ukraina, pada Rabu (2/8/2023).
"Moskow terus membuat bencana global. Dalam kegilaan mereka, mereka ingin pasar pangan dunia runtuh, krisis harga [pangan], dan gangguan pasokan," kata Presiden Volodymyr Zelenskiy dilansir dari Reuters, Kamis (3/8/2023).
Serangan ini dikhawatirkan membuat harga pangan global semakin melambung karena kekuatan militer mulai dilakukan untuk mencegah Ukraina mengekspor biji-bijian.
Serangan pesawat tak berawak menghancurkan bangunan di pelabuhan Izmail dan menghentikan kapal yang memuat biji-bijian Ukraina.
Wakil Perdana Menteri Ukraina Oleksandr Kubrakov mengatakan serangan Rusia merusak hampir 40.000 ton biji-bijian yang akan dikirim ke sejumlah negara di Afrika, China, dan Israel.
Kantor berita negara Rusia RIA mengatakan infrastruktur pelabuhan dan biji-bijian yang terkena dampak adalah gudang, perumahan tentara bayaran asing dan perangkat keras militer.
Video yang dirilis oleh otoritas Ukraina menunjukkan petugas pemadam kebakaran berjuang melawan kobaran api di sebuah gedung.
Beberapa bangunan besar lainnya hancur, dan biji-bijian tumpah dari setidaknya dua gudang yang rusak.