Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Presiden Rusia Sebut Putin Bisa Luncurkan Senjata Nuklir, Jika..

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev buka suara soal kemungkinan Vladimir Putin meluncurkan senjata nuklir ke Ukraina.
Tingkat modernisasi nuklir Rusia saat ini berada pada level tertinggi dalam sejarahnya dan mencapai 89,1 persen menruut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu. Dia mencatat bahwa perbaikan Pasukan Roket Strategis Rusia terus berlanjut. Komponen angkatan laut dan udara dari trifecta nuklir juga sedang ditingkatkan./tass.com
Tingkat modernisasi nuklir Rusia saat ini berada pada level tertinggi dalam sejarahnya dan mencapai 89,1 persen menruut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu. Dia mencatat bahwa perbaikan Pasukan Roket Strategis Rusia terus berlanjut. Komponen angkatan laut dan udara dari trifecta nuklir juga sedang ditingkatkan./tass.com

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengungkapkan bahwa Presiden Vladimir Putin berpotensi menggunakan senjata nuklir Rusia jika serangan balasan Ukraina berhasil.

Medvedev, yang merupakan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, sebuah badan yang diketuai oleh Presiden Vladimir Putin, mengatakan dalam sebuah pesan di akun media sosial resminya bahwa Rusia akan dipaksa untuk mundur dari doktrin nuklirnya sendiri dalam skenario seperti itu.

“Bayangkan jika.. ofensif, yang didukung oleh NATO, berhasil dan mereka merobek sebagian tanah kami maka kami terpaksa akan menggunakan senjata nuklir sesuai aturan keputusan dari presiden Rusia," ujar Medvedev dikutip dari Reuters, Senin (31/7/2023). 

Meurutnya, opsi serangan nuklir dilakukan mengingat tidak ada pilihan lain bagi Rusia. Pasalnya, kata dia, serangan balik ini dilakukan untuk mencapai kesuksesan prajurit dengan memastikan bahwa api nuklir global milik Rusia ini akan berhasil.

Medvedev, sebagai salah satu suara Moskow yang paling hawkish, tampaknya mengacu pada bagian dari doktrin nuklir Rusia yang menetapkan bahwa senjata nuklir dapat digunakan sebagai tanggapan atas serangan Ukraina terhadap Rusia. 

Seperti diketahui, Ukraina telah mencoba untuk merebut kembali wilayah yang telah dianeksasi secara sepihak. Rusia dinyatakan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri, sebuah langkah yang dikutuk oleh Kyiv dan sebagian besar Barat.

Pada Sabtu (29/07/2023), Vladimir Putin mengatakan bahwa tidak ada perubahan medan perang yang serius untuk dilaporkan dalam beberapa hari terakhir dan bahwa Ukraina telah kehilangan banyak peralatan militer sejak 4 Juni 2023. 

Kritikus Kremlin di masa lalu menuduh Medvedev membuat pernyataan ekstrem dalam upaya menghalangi negara-negara Barat untuk terus memasok senjata ke Ukraina.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper