Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Investasi/Kepala badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa naiknya elektabilitas Prabowo Subianto berkorelasi dengan endorse dari Jokowi. Benarkah demikian?
Menurutnya, pengaruh Presiden ke-7 tersebut memang cukup besar untuk mementukan siapa pemenang Pilpres 2024.
Bahkan dirinya meminta para calon presiden (capres) untuk memanfaatkan peluang tersebut dalam meningkatkan elektabilitas.
“Jika sekarang katakanlah ada capres yang tidak mau bersama Pak Jokowi atau berbeda, ya risikonya sudah tau. Saya percaya Pak Jokowi itu dicintai rakyat. Buktinya, mohon maaf, Gerindra Pak Prabowo dulu surveinya nggak sebagus itu, dia ikut-ikut Jokowi, kunjungan kerja semua, alhamdulillah naik bagus,” tuturnya dalam konferensi pers virtual, Minggu (23/7/2023).
Mengacu pada hasil survei Lembaga Indikator Politik Nasional, nama Prabowo di bursa Pilpres 2024 unggul oleh anak muda khususnya generasi Z (kelahiran 1997-2012), sebesar 40,5 persen.
Bahlil menyebutkan bahwa naiknya nama Prabowo tersebut bukan semata-mata karena endorsement dari Jokowi, melainkan keuntungan dirinya sebagai menteri di era kedua pemerintahan Jokowi.
Baca Juga
“Sebenernya bukan endorse, Prabowo kan menteri Jokowi, jadi kalau pak Jokowi ke mana, menterinya ikut kan wajar. Bahwa partai Gerindra, PDIP, Golkar, itu bagian dari pemerintah, harusnya partai ini memanfaatkan momentum itu,” tambahnya.
Efek ikutan tersebut pun juga tampak pada nama Ganjar Pranowo yang ikut naik, mengingat berasal dari partai yang sama, yaitu PDIP.
Masih dalam hasil survei yang sama, nama Ganjar berada di urutan kedua yang dipilih oleh Gen Z sebesar 35,5 persen, sementara Anies Baswedan di urutan ketiga sebesar 22 persen.
Sementara Ganjar unggul oleh generasi X yang saat ini usianya di kisaran 43-58 tahun dengan pemilih sebesar 39,8 persen.
“Saran saya kepada teman-teman capres, ya manfaatkan peluang itu, baik baik lah kalian sama Pak Jokowi, kalau mau berbeda ya silakan juga, risiko juga kalian sudah tahu,” ungkap Bahlil.