Bisnis.com, JAKARTA - Data baru tentang bantuan militer ke Ukraina menyoroti perubahan signifikan dalam keseimbangan senjata berat di medan perang negara setelah lebih dari 16 bulan perang.
Rusia sudah kehilangan banyak armada militernya. Sementara, peralatan militer Ukraina semakin bertambah secara signifikan.
Kabar terbaru pada Kamis (29/6/2023) dari basis data Pelacak Dukungan Ukraina yang dikelola oleh Institut Kiel Jerman untuk Ekonomi Dunia mengatakan penyokong bantuan Kyiv telah mengirimkan 471 tank baru sejak awal perang dan 286 tank lagi masih akan tiba.
Dikombinasikan dengan penghitungan peralatan yang hilang atau ditangkap oleh kelompok intelijen Oryx, angka tersebut menunjukkan bahwa armada tank Ukraina telah tumbuh sejak awal invasi tahun lalu, bahkan saat Rusia telah berkurang setengahnya.
Dilansir dari Bloomberg, kesenjangan juga terjadi dalam hal artileri dan sistem roket peluncuran ganda meskipun dengan margin yang jauh lebih kecil. Data khusus tentang tank juga sesuai dengan kesaksian parlemen yang diberikan oleh Kepala Staf Pertahanan Inggris, Tony Radakin, pada hari Selasa (4/7/2023).
“Rusia telah kehilangan hampir setengah dari efektivitas tempur pasukannya,” kata Radakin kepada komite pertahanan legislatif.
Baca Juga
“Tahun lalu, mereka menembakkan 10 juta peluru artileri, tetapi hanya bisa menghasilkan 1 juta peluru setahun. Mereka telah kehilangan 2.500 tank dan hanya dapat menghasilkan 200 tank setahun.”
Menurut Oryx yang mencatat kerugian saja yang dapat dikonfirmasi, 2.082 tank Rusia telah dihancurkan, dirusak, ditinggalkan, atau ditangkap sejak awal perang pada tahun 2022.
Moskow awalnya memiliki 3.417 tank yang tersedia, menurut Neraca Militer, think tank yang berbasis di London.
Ada ketidakpastian besar seputar angka-angka tersebut karena kedua belah pihak menyembunyikan kerugian mereka sebagai rahasia negara dan kesulitan dalam pengumpulan data open source, terutama jika menyangkut kerugian Ukraina yang kurang terdata dengan baik.
Ukraina tampaknya melewati tahun pertama perang dengan jumlah senjata berat yang kira-kira sama dengan yang dimilikinya pada awalnya meskipun mengalami kerugian besar, menurut Yohann Michel, spesialis pertempuran darat di The International Institute for Strategic Studies (IISS).
Namun, hal yang sama tidak dapat dikatakan terhadap Rusia yang juga harus mencadangkan sebagian pasukannya untuk pertahanan di tempat lain di Rusia.
Perubahan keseimbangan senjata berat itu penting, tetapi jauh dari menentukan untuk serangan balasan Ukraina yang sedang berlangsung, menurut Michel.