Bisnis.com, JAKARTA - Nenek Nahel Merzouk, laki-laki berusia 17 tahun yang ditembak mati oleh seorang petugas polisi di pinggiran kota Paris, meminta kekerasan yang meletus setelah kematian cucunya dihentikan ketika pihak berwenang bersiap menghadapi kerusuhan yang sudah memasuki malam keenam.
Dilansir dari CNN, nenek korban mengimbau pengunjuk rasa seharusnya tidak merusak sekolah, tidak merusak bus.
“Saya lelah,” kata sang nenek yang diidentifikasi oleh BMFTV sebagai Nadia sambil menambahkan bahwa ibu Nahel sudah tidak memiliki kehidupan lagi setelah anaknya meninggal.
Sementara itu, pasukan keamanan akan kembali menempatkan lebih dari 45.000 polisi di seluruh Prancis pada Minggu (2/7/2023) malam setelah kerusuhan publik yang semakin kacau.
Banyak orang yang ditahan sejak protes yang dimulai pada hari Selasa(27/6/2023).
Menteri Dalam Negeri Prancis Gérald Darmanin mengatakan pada hari Sabtu (1/7/2023), bahwa rata-rata usia pengunjukrasa yang ditahan, lebih dari 2.000 orang, berumur 17 tahun.
Baca Juga
Situasi di seluruh Prancis sejauh ini tidak setegang hari Sabtu (1/7/2023). Hanya protes di beberapa wilayah yang dilaporkan, tetapi kekerasan biasanya dimulai setelah sore hari.
Presiden Prancis Emmanuel Macron akan bertemu dengan perdana menteri, menteri dalam negeri, dan menteri kehakiman negara itu pada pukul 19:00 waktu setempat (13:00 CET) untuk mendapatkan informasi terbaru tentang protes berskala nasional ini, kata Istana Elysee dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, China telah memperingatkan warganya di Prancis untuk tetap waspada setelah kaca bus yang membawa kelompok wisata China di Marseille pecah yang mengakibatkan beberapa luka ringan, kata kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan, Minggu (2/7/2023).
Konsulat Jenderal China di Marseille telah mengajukan pengaduan resmi dan mendesak otoritas Prancis untuk memastikan keamanan warga dan properti warga negara China di tengah kerusuhan.