Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerugian Akibat Kerusuhan Prancis Rp16,5 Triliun

Kerugian akibat kerusuhan di Prancis menyebabkan sejumlah toko dijarah, dan menimbulkan kerugian berkisar Rp16,5 triliun.
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi pada 29 Juni 2023, menyusul kematian Nahel (17 tahun) oleh seorang petugas polisi Prancis di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis,/Reuters
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi pada 29 Juni 2023, menyusul kematian Nahel (17 tahun) oleh seorang petugas polisi Prancis di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis,/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Kerusuhan yang dipicu tewasnya seorang remaja karena ditembak polisi Selasa (27/6/2023)  menyebabkan kerusakan senilai lebih dari €1 miliar atau sekitar Rp16,5 triliun, menurut asosiasi bisnis Prancis, Mouvement des Entreprises de France (MEDEF).

Para pengunjuk rasa telah menjarah 200 toko dan menghancurkan 300 cabang bank dan 250 toko sudut yang lebih kecil, kata juru bicara MEDEF.

Gelombang kerusuhan meletus setelah Nahel Merzouk yang berusia 17 tahun ditembak mati saat berhenti lalu lintas di pinggiran Kota Paris.

Para pengunjuk rasa di kota-kota di seluruh Prancis turun ke jalan pada hari-hari berikutnya untuk mengungkap kemarahan mereka.

Pemerintah Prancis juga sedang mempertimbangkan cara-cara untuk membantu bisnis yang paling terkena dampak kerusuhan, seperti yang dikatakan Menteri Keuangan, Bruno Le Maire, ke BMFTV.

Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk membatalkan atau menunda kontribusi jaminan sosial dan pajak, kata Le Maire.

Dia menambahkan bahwa bisnis akan memiliki waktu 30 hari untuk mengajukan klaim asuransi.

Dilansir dari CNN, klaim tersebut kemungkinan berjumlah kurang dari €1 miliar atau sekitar Rp16,5 triliun dalam perkiraan kerusakan, menurut DBRS Morningstar, agensi pemeringkat kredit.

Hal ini menunjukkan banyak perusahaan tidak akan sepenuhnya mendapat kompensasi atas kerugian mereka.

“Kami percaya total kerugian yang diasuransikan untuk industri asuransi Prancis harus tetap jauh di bawah angka €1 miliar,” kata DBRS Morningstar dengan mencatat bahwa pemerintah Prancis menanggung sebagian tanggung jawab atas sebagian kerugian yang diderita banyak usaha/bisnis.

Perusahaan-perusahaan di Prancis sekarang bersiap menghadapi lebih banyak kerugian karena para turis memutuskan untuk tidak bepergian ke salah satu tujuan paling populer di dunia, Prancis.

Presiden MEDEF Geoffroy Roux de Bezieux, dalam wawancara dengan penyiar France Inter menjelaskan pada awal Juli, turis asing telah membatalkan 20-25 persen dari perjalanan yang direncanakan ke Paris.

Gangguan itu datang pada saat yang buruk bagi ekonomi Prancis. Data survei yang diterbitkan pekan lalu menunjukkan bahwa output pendapatan Prancis turun pada bulan Juni untuk pertama kalinya tahun ini karena sektor jasa berbalik arah dan penurunan manufaktur semakin dalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper