Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Presiden Hollande soal Kerusuhan di Prancis: Bukan karena Masalah Imigran

Mantan Presiden Prancis Francois Hollande angkat berbicara tentang kerusuhan, yang menurutnya bukan masalah imigran.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri pertemuan darurat di pusat krisis darurat Kementerian Dalam Negeri di Paris, Prancis, Minggu (2/7/2023). Kerusuhan meletus dalam lima berturut-turut di seluruh negeri setelah kematian Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang terbunuh saat pemberhentian lalu lintas di Nanterre oleh seorang petugas polisi Prancis, Mohammed Badra/Pool via REUTERS
Presiden Prancis Emmanuel Macron menghadiri pertemuan darurat di pusat krisis darurat Kementerian Dalam Negeri di Paris, Prancis, Minggu (2/7/2023). Kerusuhan meletus dalam lima berturut-turut di seluruh negeri setelah kematian Nahel, seorang remaja berusia 17 tahun yang terbunuh saat pemberhentian lalu lintas di Nanterre oleh seorang petugas polisi Prancis, Mohammed Badra/Pool via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Presiden Prancis Francois Hollande angkat berbicara tentang kerusuhan, yang menurutnya bukan masalah imigran.

“Model sosial dan republik kita yang perlu diperdalam,” katanya, dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran Prancis LCI dikutip dari BBC, Senin (3/7/2023).

Mantan pemimpin itu mengatakan sangat penting untuk memulihkan otoritas dan ketertiban, dan menambahkan bahwa tidak ada penyebab sosial yang membenarkan penggunaan kekerasan.

“Satu-satunya prinsip yang valid adalah persatuan nasional. Persatuan nasional untuk mendukung keluarga muda Nahel, persatuan nasional untuk keadilan, dan dukungan untuk penegakan hukum dan otoritas publik," katanya.

Sejumlah sekolah menjadi sasaran para perusuh. Salah satunya adalah Nursery School Albert Samain – kantinnya dirusak parah akibat kobaran api.

Beberapa murid menulis pesan menggantungnya di luar pintu masuk utama. Bunyinya:

“Tolong jangan bakar sekolah. Ini sangat penting. Terima kasih."

Seorang ibu yang memiliku empat orang anak, Marie menuturkan bahwa dirinya takut anak-anaknya akan menjadi korban kerusuhan.

 “Saya tidak bisa tidur karena ledakan. Saya pikir mereka akan membakar rumah kami. Saya pikir mereka akan membakar saya juga,” ujar putra Marie.

Selain perusuh merusak sekolah, mereka juga membakar gedung perkantoran. Sebanyak 500 karyawan yang berkantor kemungkinan akan diberhentikan untuk sementara waktu.

Kamel, seorang pria berusia 40-an yang tinggal di Roubaix sepanjang hidupnya, menyimpulkan apa yang dirasakan oleh begitu banyak orang di daerah itu.

“Orang-orang ini menghancurkan komunitas mereka sendiri dan lingkungan mereka sendiri. Kerusuhan itu tidak bisa dipahami.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper