Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan vaksin asal AS, Novavax melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 25 persen karyawannya sebagai upaya memangkas biaya operasional perusahaan.
Dilansir Ibtimes.com pada Rabu (10/5/2023), Novavax awalnya berusaha mengurangi biaya tanpa memberhentikan karyawannya. Namun, karena pandemi Covid-19 yang kunjung membaik dan membuat prospek pada pasar vaksin kian menurun, sehingga perusahaan mengambil langkah untuk pemutusan karyawan.
Kepala eksekutif Novavax, John Jacobs, menyebut pemutusan hubungan kerja itu sebagai keputusan yang sulit. Namun, langkah tersebut tetap diperlukan demi kelanjutan operasional dari perusahaan.
"Mengurangi tenaga kerja kami merupakan keputusan yang sulit, tetapi kami yakin perlu untuk lebih menyelaraskan infrastruktur dan skala kami dengan peluang endemik Covid," tutur Jacobs.
Dengan adanya rencana pengurangan 25 persen jumlah karyawan dan konsolidasi fasilitas, maka sekitar 500 orang akan diberhentikan dari perusahaan.
Adapun, pada tahun lalu, perusahaan menghabiskan US$1,7 miliar di seluruh area tersebut, dengan sekitar US$258 juta diinvestasikan dalam R&D dan US$162 juta di SG&A. Tahun ini, perusahaan berupaya mengurangi pembiayaan itu sebesar 20 persen - 25 persen.
Baca Juga
Kendati demikian, perusahaan bioteknologi ini mengatakan akan terus fokus pada peningkatan vaksin Covid-19 untuk musim gugur mendatang. Hal ini merujuk pada perjanjian yang diperbarui dengan pemerintah AS untuk pengiriman hingga 1,5 juta dosis tambahan inokulasinya pada tahun ini.
Pasalnya, Novavax mengklaim kombinasi vaksin untuk Covid-19 dan flu membantu mengembangkan respons kekebalan yang kuat terhadap virus.
Sebagai informasi, dengan dimulainya pandemi global Covid-19 pada Maret 2020, Novavax dengan cepat menambah stafnya untuk mengejar peluang vaksin yang berkembang pesat. Perusahaan meningkatkan keseluruhan tenaga kerjanya dari 165 pada awal 2020 menjadi 1.992 pada Februari tahun ini, menurut Fierce Biotech.