Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri RI mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera melakukan pertemuan darurat terkait konflik di Sudan.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa konflik bersenjata yang terjadi antara militer Sudan Armed Forces (SAF) dan Rapid Support Force (RSF) di Sudan kini telah memasuki hari ke-6, sejak Sabtu (15/4/2023).
Dia menyampaikan melalui Watapri New York, Indonesia mendesak untuk segera digelarnya pertemuan darurat, membahas dilakukannya jeda kemanusiaan.
"Desakan ini juga telah disampaikan melalui Twitter Kemlu RI. Jeda kemanusiaan sangat penting artinya saat ini. Tanpa Jeda kemanusiaan, maka akan sulit lakukan evakuasi dan memberikan bantuan kemanusiaan," katanya.
Dia mengatakan bahwa pertempuran yang terjadi di Sudan ditujukan dengan sasaran untuk memperebutkan objek vital, antara lain terjadi di Istana Presiden, Markas Komando Militer dan Bandara Internasional Khartoum.
Selain itu, titik pertempuran juga terjadi di Markas RFS, salah satunya berlokasi di dekat Universitas Internasional Afrika, di mana banyak Warga Negara Indonesia (WNI) bertempat tinggal.
Baca Juga
"Begitu terjadi konflik militer, Kemlu RI telah mengeluarkan pernyataan keprihatinan serta seruan penyelesaian damai dan menekankan keselamatan warga sipil harus terus menjadi prioritas," lanjutnya, dalam keterangan pers pada Kamis (20/4/2023).
Menlu Retno mengatakan bahwa sampai saat ini situasi di Sudan tidak membaik dan bahkan cenderung terjadi eskalasi.
Dia menyampaikan bahwa berdasarkan data WHO, korban meninggal dunia akibat konflik di Sudan telah mencapai 300 orang dan korban luka sudah mencapai lebih dari 3.000 orang.
Menurutnya, beberapa upaya gencatan senjata hingga kini belum membuahkan hasil, dan tanpa jeda kemanusiaan distribusi bahan pangan dan juga operasional rumah sakit akan terhambat.
"Kondisi ini dapat menciptakan bencana kemanusiaan yang lebih buruk. KBRI Khartoum telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan evakuasi WNI menuju ke safe house dan juga memberikan bantuan logistik untuk WNI," tambahnya.
Menlu RI mengatakan bahwa beberapa kali Wisma Indonesia dan KBRI juga terimbas oleh terus berlangsungnya pertempuran di Sudan.
"Alhamdulillah, semua WNI dan staf KBRI dalam keadaan selamat. Namun, perkembangan ini menimbulkan keprihatinan yang sangat dalam dan kewaspadaan yang sangat tinggi," lanjutnya.
Dia menyampaikan bahwa KBRI Khartoum terus melakukan komunikasi dan permintaan perlindungan WNI kepada Kementerian Luar Negeri Sudan.
"Saya juga telah mengirim pesan ke Menlu Sudan untuk meminta pembicaraan per telepon. Namun sampai saat ini belum ditanggapi," tambahnya.
Menlu Retno mengatakan bahwa Dirjen Aspasaf Kemlu RI telah melakukan kontak dengan Dubes Sudan di Jakarta.
Dirjen tersebut telah mengirimkan pesan yang sama bahwa Menlu RI ingin bicara dengan Menlu Sudan, dan Indonesia meminta perlindungan terhadap misi diplomatik dan juga keselamatan WNI yang berada di Sudan.
Sementara itu, Dubes RI di Khartoum juga terus melakukan koordinasi dengan misi asing yang ada di Sudan.